Tak bisa dibayangkan jika kita menjadi Via Dicky. Sang istri yang harus berjuang melawan virus Covid 19, sementara sebelumnya suaminya telah meninggal dunia akibat virus yang sama, selain itu anaknya pun juga ikut dirawat karena dinyatakan positif terkena virus mematikan ini.
Akhirnya setelah 35 hari dikarantina, peneliti Sejarah asal Jambi yang kini bermukim di Padang, Sumatera Barat itu diperbolehkan pulang setelah 9 kali swab. Meski begitu dia belum berani menemui teman dan tetangga, karena bisa jadi virus jahat itu masih bercokol di tubuhnya, hingga selesai 14 hari kembali dikarantina mandiri di rumah.
Bagaimana, kronologis sehingga Via Dicky terkena dan berhasil lepas dari jeratan virus Covid 19 ? simak wawancara Wartawan SWARANESIA.COM Andika Arnoldy dengan Via Dicky melalui ponsel, yang baru diisolasi selama 4 hari di rumahnya berikut ini.
– – –
Bagaimana awalnya, hingga ibu terkena virus Covid 19 ini.
Awalnya dari suami, awalnya suami belum tau juga bisa terkena Covid 19. Waktu itu cepat juga dirawat di rumah sakit, hanya enam hari langsung meninggal dunia karena covid 19.
Kita tidak tau dia bisa kena penyakit itu, memang sih, dia punya penyakit bawaan diabetes. Awalnya dia diet untuk mengatasi diet ini, hingga gula darah normal hingga tidak menyentuh angka 200.
Dia awalnya ngobrol dengan adiknya, saat itu lupa menggunakan masker, dipikirnya karena keluarga tidak mungkin tertular. Terus hari beberapa hari kemudian kondisnya drop, badanya meriang dan tidak enak badan dan sesak nafasnya.
Lalu inginnya dia dirawat di rumah saja, namun dua hari kemudian kita bawa ke salah satu laboratorium untuk mengecek kesehatan. Saya pikir kena malaria, namun belum ada hasilnya yang mengatakan kena covid.
Kondisinya makin berat dan sesak nafasnya makin menjadi, akhirnya kami bawa ke rumah sakit. Kondisinya makin tak terkontrol terus batuk dan sesak nafas. Nah, saat dia dirawat saya juga lagi sakit meriang, namun karena daya tahan tubuh kuat jadi ditahan saja meski ada sesak nafas lalu minum obat setelah diberikan dari dokter.
Setelah itu suami Via Dicky inipun dibawa ke UGD di rumah sakit M Jamil Sumatera Barat. Karena kondisi batuk dan demam, dia harus di swab untuk dipastikan apakah kena covid 19 atau tidak. Ternyata memang terkena covid dan harus diisolasi di ruang paru-paru.
Melihat suami dinyatakan positif, sayapun juga diswab di puskesmas, kita tidak tau kena covid 19. Maka kami terus bolak-balik ke rumah sakit untuk memberikan makanan.
Sementara suami terus menelepon untuk memberikan kabar bahwa kondisinya memburuk. Dia bilang waktu itu dia muntah darah, lalu BABnya. Kondisnya makin tidak tertolong. Lalu dokter menelepon kami dan menyatakan suami sudah tiada.
Kondisi Ibu Via bagaimana saat itu ?
Mendengar kabar tersebut saya juga makin drop, dengan kondisi batuk, meriang dan pilek. Meski menggunakan pakaian tebal tapi masih meriang, tenggorokan juga ada penuh.
Sementara kekuatan indera makin berkurang, saat makan cabe harusnya pedas, malah tidak terasa pedasnya, lalu indera penciuman tidak berfungsi, tidak bisa mencium bau. Namun saat itu juga belum tau kena Covid 19.
Menyelenggarakan jenazah suami
Saat menyelenggarakan jenazah, kami (saya dan anak) diperbolehkan untuk masuk ruang jenazah untuk mengkafankan dan melihat prosesinya. Setelah selesai langsung dibawa ke pemakaman tidak disembayangkan dulu karena akan membahayakan orang lain.
Lalu kondisi saat ibu kena covid 19?
Saat itu saya mendapat kabar melalui sms dari puskemas tempat saya swab, saat itu dinyatakan positif karena kondisi suami yang meninggal itu. Tidak dibayangkan kita kena covid, suami meninggal, jadi saya semakin stress dan terus menangis.
Selain saya ada dua orang anak kena covid 19. Namun anak saya satu lagi negative, padahal sebelumnya dia ikut mencium jenazah ayahnya namun tidak menular padanya.
Saya juga diisolasi di BPSDM di Padang. Kondisi saya sangat drop. Nafasnya kondisi berbunyi seperti orang kena sesak nafas. Dan daya tahan menurun.
Saya stress dan menangis terus melihat kondisi seperti ini.
Lama juga saya di sana, ada 35-37 hari dikarantina, karena saya dibilang ada gejala Covid 19. Setelah 9 kali swab dan satu kali rapid test terus dinyatakan positif.
Saya hanya diberikan obat apa yang saya keluhkan, jika sesak nafas, maka dokter memberikan obat sesak nafas. Pihak perawat juga rutin memberikan makanan bergizi dan buah-buahan.
Nah setelah 35 hari baru dinyatakan negative. Namun belum boleh pulang, karena harus memastikan kondisi membaik dulu dengan kembali swab. Karena ada kasus setelah negative tapi malah positif kembali.
Setelah pulang bagaimana kondisinya ?
Saya dibolehkan pulang, namun saya tidak boleh berhubungan dulu degan tetangga dan keluarga. Saat ini saya masih menjalani karantina. Banyak orang yang ingin bertemu tapi saya belum berani, karena virus masih ada.
Tips dan pesan
Jalankan protokol covid dengan baik, mencuci tangan dan menggunakan masker, jika tidak perlu jangan keluar rumah.
Kalau dinyatakan covid 19 jaga kesehatan terus, dan bersedih jangan stress dan enjoy lalu makan-makanan bergizi dan buah-buahan yang banyak.
Yakinlah virus corona itu ada, karena kami yang merasakannya. (***)