“Sebutan Millenial sudah overuse, hanya menjadi ruang eksploitasi politisi ngehe tapi tak paham apa-apa, padahal anak muda punya banyak potensi dan kiprah, contohnya Vindes”
Kiprah anak muda dalam conten creator sudah mendominasi. Keberadaan conten creator itu terlihat membanjiri berbagai platform yang ada, mulai dari Facebook, Instagram dan YouTube serta Tik-tok. Ini menjadi kabar gembira bagi anak muda yang akhirnya bisa membantah anak muda gen Z punya masa depan suram (madesu)
Justru orang tua saat ini semakin lama semakin konvensional. Mereka tidak peka dengan kemajuan zaman dan bertahan dengan tradisi tanpa sadar zaman sudah berubah.
Lihat Vindes (Vincent dan Desta) menjadi pelopor atas berkembangnya kemajuan berfikir dan bergerak ala mereka (anak muda).
Channel youtube Vindes kini memiliki 4 juta subscribe ini telah membeberkan dengan jelas dan tegas bahwa keberadaan anak muda benar-benar telah menggantikan orang tua.
Paling tidak ada beberapa alasan dan pelajaran menyebut Vindes adalah fenomena genZ dalam berkiprah dan mengambil alih peran dalam showbiz dan entertainment.
Pertama, Vincent dan Desta banyak menyimpan history yang menjadi pijakan untuk berkembang, mereka adalah dua dari mantan personel band bernama Clubeighties (Club 80’s), seolah tak puas dengan band yang booming era 2000 an, Vincent dan Desta menerobos ruang showbiz di televisi, dengan latar belakang Desta sebagai penyiar radio, tidak sulit rasanya untuk menjadi host di TV. Meski mendapat pengalaman pahit dengan siaran MTV Bujang, namun Vincent dan Desta malah terus berusaha bertahan di dunia yang sudah dipilihnya dan akhirnya mengembangkan Vindest.
Kedua, Vindest adalah program yang dirancang dengan tidak main-main. Awalnya memang hanya siaran dialog yang menghadiri bintang tamu dengan berbagai latar belakang. Namun ternyata dengan strategi malah bisa mengundang banyak sponsor dan akhirnya membuat berbagai program.
Ketiga, Vindest yang membuat progam Vindest Sport seperti tiba-tiba tenis, pingpong dan kini bahkan Voli menjadi program ekspansi dari Vindest yang ternyata bukan hanya ngobrol dan musik.
Keempat, program Vindest Tour ke berbagai daerah di Indonesia benar-benar menyita perhatian, di tengah-tengah maraknya konser band, Vindest malah mengajak band besar di Indonesia untuk tour yang dirangkai dengan dialog dan konser.
Kelima, Vindest punya panggilan sendiri untuk fansnya yaitu Vivin dan Dedes, merupakan strategi jitu untuk mengikat fans agar menjadi penonton setia.
Dari sana dapat disimpulkan entertainment, gimick dan optimalisasi bisnis adalah kunci atas keberhasilan vides dalam mengangkat sebuah program sehingga berhasil dan menjadi trend setter dari sebuah program.
Banyak lagi strategi dan pelajaran dari dua orang ini. Termasuk jualan marchandise pakaian yang laku dipasaran.
Mereka seperti punya keyakinan bahwa anak muda adalah kekuatan yang sebenarnya, mampu berbuat dan bahkan menguasai sesuatu jika mereka mau.
Anak muda bukan target konsumtif, bukan menjadi ruang eksploitasi kaum politisi ngehe yang mempunyai paham bonus demografi tapi tak tau mau dibawa kemana.
Maka dengan adanya Vindest seharusnya banyak yang di patut di pelajari, bahwa anak muda jika berbuat dan bergerak maka akan menjadi sesuatu.