oleh Andika Arnoldy
Survei politik merupakan instrument untuk menentukan kerja-kerja politik yang dilakukan saat, sebelum atau sesudah kontestasi politik. Bisa juga disebut sebagai parameter kerja politik yang selama ini dilakukan. Sebenarnya survey politik juga bukan hanya untuk show of force tapi justru menjadi evaluasi apa yang dilakukan selanjutnya.
Setiap lembaga survey tentu punya metodologi atau cara untuk mengetahui minat masyarakat tentang sesuatu, sehingga akan dicari hubungan minat hingga ingin memilih pada pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden.
Nah itu bisa menjadi mazhab tersendiri bagi lembaga survey agar bisa meningkatkan popularitas dan elektabilitas pada saat sosialisasi.
Nah pada pemilihan gubernur Jambi 2020 ini sudah ada dua lembaga survey yang merilis hasil survey yang dilakukan, yakni Indobarometer dan Puspoll Indonesia, menaiknya dua lembaga ini mempunyai hasil yang berbeda.
Sedikit mencuplik, hasil lembaga survey pus poll menyebutkan Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Jambi Cek Endra-Ratu Munawaroh tertinggi dari hasil survei pemilihan gubernur dan calon wakil gubernur Jambi.
Berdasarkan hasil survei Puspol Indonesia, menyebutkan hasil elektabilitas pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Jambi Cek Endra-Ratu Munawaroh pada survei 20-25 November dengan 1.200 responden, dengan margin eror 2.3 persen.
Hasil survei menyebutkan tertinggi dengan nilai survei 42.2 persen lalu pasangan Fachrori umar-Syafril Nursal 23.3 persen serta Haris-Sani 26.4 persen Sertai yang belum tau atau tidak jawab adalah sebanyak 8.1 persen.
Lembaga survei Indo Barometer mengeluarkan rilis hasil survei terkait kontestasi politik Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jambi Desember mendatang.
Dalam hasil survei tersebut, elektabilitas pasangan nomor urut 2 Fachrori-Syafril menempati posisi teratas dan ungguli dua rivalnya yakni berada diangka 39,3 persen dengan pertanyaan terbuka.
Effect Survei
Ada dua lembaga survey yang sudah merilis hasil survey secara terbuka yakni Indobarometer dan Puspoll, penulis ingin membatasi konteks hingga dua lembaga survey ini saja
Keduanya sama sama memberikan bandwagon effect kepada pemilih.
bandwagon adalah sebuah efek atau kondisi, di mana masyarakat memiliki kecenderungan untuk mengikuti suatu tren yang sedang terjadi. Mulai dari gaya hidup, konten di media sosial, perilaku, cara berbicara, tren hiburan, dan masih banyak lagi. Sudah menjadi hal umum bagi manusia untuk mengikuti suatu tren, meskipun terkadang dilakukan secara tidak sengaja.
efek bandwagon sebenarnya termasuk bagian dari bias kognitif, di mana bisa dialami oleh banyak orang secara bersamaan. Maksudnya adalah pemikiran seseorang bisa dipengaruhi oleh sesuatu yang sering dilakukan banyak orang.
Sehingga munculnya survey bisa memberikan efek pada masyarakat siapa yang harus dipilih, memang berdasarkan hasil survey yang disajikan, karena memang memberikan pilihan.
Tren pemilih yang melihat hasil survey memang sangat selektif, namun bisa juga menjadi salah menilai karena hanya ikut-ikutan tren yang ada, tanpa adanya kejelasan pemahaman pada calon sebelumnya.
Nah apakah dengan munclnya bandwagon ini akan memunculkan ceruk pemilih dari hasil survey atau malah memilih dari hasil survey.
Lalu underdog effect
underdog effect menurut Rüdiger Schmitt?Beck adalah efek kecenderungan pemilih untuk mendukung calon alternatif yang diperkirakan akan kalah.
Dengan adanya underdog effect dapat memberikan efek pada masyarakat yang memunculkan reaksi keras. Dengan demikian mereka akan kerja keras jika calon yang didukung ternyata punya elektabilitas yang kompetitif.
Dari sinilah akan muncul pendukung yang militant hingga fanatic sebagai pendukung garis keras untuk memenangkan pemilu.
Namun juga dari underdog effect ini malah dapat mengalihkan dukungan pada siapa yang ingin didukung untuk kemudian dimenangkan.
Discussion about this post