Sunday, July 6, 2025

Sukatani dan Tekanan Ideologis

images

oleh Andika Arnoldy

Peristiwa yang paling menyedihkan dari kasus penarikan lagu bayar, bayar, bayar dari band Sukatani adalah ketika mereka harus tampil di publik dengan menanggalkan atribut band mereka seperti topeng. Itu ibarat mereka sedang ditelanjangi di tengah-tengah masyarakat. Mereka muncul dengan melepaskan karakter dan bahkan ideologi punk yang sedang mereka perjuangkan dari aliran musik mereka itu.

Begitu banyak band dan musisi yang mengambil jalan sebagai kritik dalam lirik dan nadanya seperti Slank, Iwan Fals dan Dewa 19 serta lagu lainnya. Namun sayang seribu sayang musisi yang katanya legend itu dan tenar karena kritis nya sekarang sedang menikmati kenyamanan dan bahkan sesekali nyinyir pada kelompok yang bersuara fals seperti mereka dulu.

Sekarang semuanya sudah terlanjur, ketika pihak kepolisian meminta mereka untuk meminta maaf pada institusi Polri dan Kapolri atas lagu yang mereka sampaikan itu. Namun sekarang semua berbalik, lagunya boleh beredar dan bandnya boleh manggung lagi. Rasanya itu terasa hambar, kenapa harus repot-repot minta maaf ke publik namun akhirnya itu semua tidak berlaku.

Sehingga apapun yang ditawarkan pihak kepolisian seperti menjadi duta Polri, dan dikembalikannya status guru pada sang vokalis pasti akan sangat terasa hambar. Karena sebenarnya yang mereka cari dari musik adalah pelampiasan itu sendiri, tapi kenapa harus diintervensi dan dihancurkan karakternya.

Terasa betul apa yang dirasakan personel band dari Muhammad Syifa Al Lutfi dengan nama panggung Alectroguy sebagai gitaris dan Novi Citra Indriyati dengan nama panggung Twister Angel sebagai vokalis. Sebuah pencorengan lebih dari sekedar citra, karakter bahkan (sekali lagi) ideologi yang perjuangkan selama ini.

Band yang telah menelurkan album
Gelap Gempita pada 24 Juli 2023 lalu itu, di setiap aksi panggungnya hanya menggunakan instrumen gitar yang dimainkan secara langsung. Selebihnya untuk drum, bas mereka menggunakan synthesizer

Begini, sebenarnya band asal Purbalingga, Jawa Tengah itu bisa saja muncul dalam kondisi “normal” seperti band lainnya. Selain itu juga dari segi pemilihan musik dan lirik juga bisa lebih pop agar laku di pasaran. Tapi kenapa mereka memilih berbeda bahkan jauh dari selera pasar kebanyakan.

Topeng dalam dunia musik bukan sekadar aksesori, tetapi juga strategi kreatif yang bisa meningkatkan daya tarik, menciptakan ikon visual, dan mendukung narasi yang ingin dibangun oleh band tersebut.

Band Sliknot memilih menggunakan topeng karena untuk mengekspresikan identitas dan emosi mereka tanpa harus memperhatikan penampilan fisik

Mereka juga menganggap topeng-topeng tersebut sebagai bagian dari identitas dan ekspresi mereka sebagai band metal yang berani bereksperimen dan mengejutkan penggemar mereka (intisari.id)

Demikian juga dengan Sukatani, band ini mengusung jenis musik punk lebih cenderung ke arah Street Punk atau Hardcore Punk, dengan pengaruh Anarcho-Punk dalam gaya hidup mereka.

Maka dalam hal ini mereka tidak mengutamakan wajah namun mengekspresikan diri dengan topeng dan musik.

Pada lagu Bayar Bayar Bayar menyoroti praktik korupsi dalam birokrasi, khususnya terkait pembayaran kepada aparat penegak hukum. Liriknya yang lugas dan tanpa basa-basi mencerminkan ciri khas musik punk yang digunakan Sukatani untuk menyampaikan kritik sosial secara langsung.

Jika dianalisis secara semiotik, dapat disimpulkan bahwa band Sukatani memanfaatkan lirik dan musik mereka sebagai medium untuk menyampaikan kritik sosial.

Penggunaan simbol-simbol dan bahasa yang eksplisit dalam lirik mereka berfungsi sebagai penanda yang mengarahkan pendengar pada petanda berupa realitas sosial yang ingin mereka soroti.

Dengan demikian, karya-karya Sukatani tidak hanya berperan sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat refleksi dan pemicu diskusi mengenai isu-isu sosial di Indonesia.

Bagikan berita

Berita Terkait

Komentar

Popular post

Official Account