(OPINI)
Sebuah Usulan Komunikasi Publik untuk Maulana-Diza
Oleh Andika Arnoldy.
Penikmat Komunikasi Publik
Di tengah derasnya arus informasi dan cepatnya siklus perhatian publik, keberhasilan kepemimpinan kini tak hanya ditentukan oleh program kerja atau pembangunan fisik semata, tetapi juga oleh kemampuan membangun narasi yang kuat, otentik, dan menyentuh. Dalam konteks Kota Jambi, pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota, Maulana-Diza, memiliki peluang besar untuk memanfaatkan kekuatan komunikasi publik sebagai alat strategis dalam memperkuat kepercayaan rakyat dan meninggalkan jejak yang membekas di hati masyarakat. Untuk itu, pendekatan yang ditawarkan adalah strategi komunikasi publik berbasis digital amplifier, yakni memperkuat pesan dan citra melalui medium digital secara terstruktur, kreatif, dan partisipatif.
Segala bentuk komunikasi yang dikelola perlu berakar pada satu narasi utama yang kuat. Sebuah citra yang tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga menjadi semangat dari semua tindakan dan kebijakan kepemimpinan. Misalnya, “Maulana-Diza: Pemimpin Bersama Rakyat, Bekerja dengan Hati.” Narasi semacam ini perlu ditanamkan secara konsisten di berbagai saluran komunikasi: media sosial, media massa, papan informasi, hingga dalam dialog langsung dengan masyarakat.
Namun, narasi saja tidak cukup jika tidak dihidupkan dalam bentuk cerita yang nyata. Maka, setiap langkah kepemimpinan harus dikemas dalam bentuk cerita yang inspiratif dan berdampak. Dokumentasi seperti kunjungan ke kampung padat penduduk, dialog langsung dengan pedagang pasar, hingga obrolan spontan bersama anak muda kota bisa menjadi materi konten yang hidup dan mudah menjangkau hati publik. Ketimbang menyajikan data dan angka, pendekatan berbasis cerita — storytelling — menjadi jembatan empati yang efektif antara pemimpin dan masyarakat.
Untuk memperkuat atensi publik, dibutuhkan momen-momen simbolik yang menyentuh dan mudah menyebar di kanal digital. Maulana-Diza bisa menginisiasi kegiatan yang unik dan konsisten seperti “Ngopi Bareng Wali Kota” di warung kopi setempat, atau aksi sosial pagi hari seperti “Jambi Berbagi Pagi”, di mana pasangan pemimpin turun langsung membagikan makanan kepada petugas kebersihan, pengemudi ojek, dan pekerja jalanan. Momentum-momentum kecil seperti ini, jika dikemas dengan baik secara visual dan naratif, akan menjadi viral dan membentuk persepsi positif yang kuat. Penggunaan tagar yang khas dan mudah diingat seperti #JambiPunyaCerita atau #MaulanaDizaHadir bisa memperkuat jejak digital yang menyebar dari warga ke warga.
Kekuatan digital amplifier akan jauh lebih optimal jika melibatkan masyarakat sebagai bagian dari penyampai pesan. Tokoh muda, influencer lokal, pelaku UMKM, dan komunitas sosial bisa dijadikan rekan dalam menyampaikan cerita baik tentang kinerja pemerintah. Dengan memberi mereka akses langsung terhadap kegiatan Maulana-Diza atau melibatkan mereka dalam program khusus, maka pesan yang dibangun akan menyebar secara organik dan lebih dipercaya publik.
Media sosial resmi Maulana-Diza juga perlu dikelola secara profesional dan menarik, seperti sebuah majalah visual yang konsisten dan komunikatif. Tiap hari bisa memiliki tema berbeda, seperti menampilkan cerita UMKM, menjawab pertanyaan warga, atau menampilkan dokumentasi sejarah kota. Semua konten sebaiknya dikemas secara sinematik, ringan, dan humanis. Media sosial jangan sekadar menjadi etalase birokrasi, tapi ruang interaksi yang membangun hubungan emosional antara pemimpin dan rakyat.
Lebih dari itu, setiap kepemimpinan yang ingin dikenang harus meninggalkan warisan simbolik. Baik dalam bentuk program unggulan yang menyentuh langsung kehidupan rakyat, maupun proyek visual yang menjadi ikon kebanggaan kota. Misalnya, program seperti “Kartu Jambi Sejahtera” untuk bantuan sosial yang transparan dan efektif, atau revitalisasi kawasan publik menjadi ruang interaksi warga yang aktif, seperti taman tematik atau pasar kreatif. Proyek-proyek semacam ini harus menyatu dengan narasi besar kepemimpinan dan membawa makna bagi warga.
Agar komunikasi ini terus terarah, penting untuk melakukan monitoring terhadap respons masyarakat. Pemanfaatan alat analisis sentimen media sosial, survei mini, dan pengumpulan aspirasi langsung bisa menjadi dasar untuk mengevaluasi strategi komunikasi. Kritik dan masukan warga perlu dijawab dengan cepat dan elegan. Dalam era keterbukaan, responsif dan transparansi adalah bagian penting dari komunikasi publik.
Sebagai penutup dari periode kepemimpinan, seluruh proses, capaian, dan dinamika perjalanan Maulana-Diza dapat dirangkum dalam sebuah dokumentasi naratif. Baik berupa film pendek, buku kecil, maupun e-book yang dibagikan ke sekolah, komunitas, dan perpustakaan daerah. Sebuah karya berjudul “Catatan Kepemimpinan Maulana-Diza: Merawat Kota Jambi dengan Hati” bisa menjadi bagian dari warisan komunikasi yang dikenang, dipelajari, dan menjadi inspirasi kepemimpinan bagi generasi berikutnya.
Melalui strategi digital amplifier yang terintegrasi, Maulana-Diza tidak hanya dapat menjangkau lebih banyak warga secara efektif, tetapi juga membangun citra kepemimpinan yang berdampak, partisipatif, dan berkelanjutan. Bukan sekadar memimpin, tetapi juga menjadi pemimpin yang dikenang.