SWARANESIA.COM— K.H. Miftachul Akhyar terpilih menjadi ketua umum Majelis Ulama Indonesia pada Musyawarah Nasional Ke-10 Majelis Ulama Indonesia. menunjuk K.H. Miftachul Akhyar menjadi Ketua Umum MUI periode 2020—2025 mengganti K.H. Ma’ruf Amin.
Tim formatur Munas MUI Ke-10 yang terdiri atas 17 orang menggelar pertemuan tertutup di Jakarta, Jumat (27/11/2020), juga menunjuk sejumlah nama untuk mengisi sejumlah posisi di struktur kepengurusan MUI.
“Suasananya sangat cair, tidak alot sehingga alhamdulillah pertemuan menghasilkan keputusan Dewan Pengurus Harian dan Dewan Pertimbangan. Hasilnya tidak boleh diganggu gugat,” kata Ketua Tim Formatur Munas Ke-10 MUI, K.H. Ma’ruf Amin.
Berikut profil K.H.Miftachul Akhyar dikutip dari Wikipedia.
K.H.Miftachul Akhyar (lahir di Surabaya, 1 Januari 1953; umur 67 tahun) adalah seorang Ulama dan Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2018-2020, yang ditetapkan pada Rapat Pleno PBNU pada Sabtu, 22 September 2018 M. Bertepatan dengan 12 Muharram 1440 H. Kyai Miftah menggantikan KH. Ma’ruf Amin yang resmi mengundurkan diri dari posisi Rais Aam PBNU karena maju sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019. Kyai Miftah saat ini merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya
Kyai Miftah tercatat pernah ‘nyantri’ di beberapa pesantren ternama, di antaranya Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang; Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan; Pondok Pesantren Al-Anwar Lasem, Sarang, Jawa Tengah; juga mengikuti Majelis Ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia
Ia lahir dari tradisi dan melakukan pengabdian di NU sejak usia muda. Tak heran kemudian hari ini mengemban puncak kepemimpinan NU, sebagai Penjabat Rais Aam.
Di NU ia pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Surabaya 2000-2005, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018 dan Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 yang selanjutnya didaulat sebagai Pj. Rais Aam PBNU 2018-2020.
Penguasaan ilmu agama KH Miftachul Akhyar ini membuat kagum Syekh Masduki Lasem sehingga ia diambil menantu oleh oleh kiai yang terhitung sebagai alumnus istimewa di Pondok Pesantren Tremas.
Kemudian KH Miftachul Akhyar mendirikan Pondok Miftachus Sunnah di Kedung Tarukan mulai dari nol.
Awalnya ia hanya berniat mendiami rumah sang kakek, tetapi setelah melihat fenomena pentingnya “nilai religius” di tengah masyarakat setempat, maka mulailah beliau membuka pengajian. Apa sebab? “Konon, kampung Kedung Tarukan terkenal sejak lama menjadi daerah yang tidak ramah pada dakwah para ulama.
Namun berkat akhlak dan ketinggian ilmu yang dimiliki KH Miftachul Akhyar, beliau berhasil mengubah kesan negatif itu sehingga kampung yang “gelap” menjadi “terang dan sejuk” seperti saat ini dalam waktu yang relatif singkat,”
Kesederhanaan KH. Miftachul Akhyar terekam dengan jelas adalah bentuk penghormatan terhadap tamu. Kiai Miftah tidak segan-segan menuangkan wedang dan menyajikan cemilan kepada tamunya. *
Discussion about this post