Siapa sangka rumah tua nyaris tak terawat ini ternyata menyimpan banyak sejarah. Sayang jika dibiarkan saja, karena akan menjadi saksi bisu tentang Pendirian Jambi menjadi daerah otonom
Laporan Andika Arnoldy
SWARANESIA.COM,JAMBI-Rumah tua di pinggir jalan, penghubung antara Kecamatan Pauh dan Ibu Kota Kabupaten Sarolangun itu terlihat biasa saja. Cuma rumah terbuat dari kayu, seperti rumah tua kebanyakan yang tinggi, untuk mengatasi jika terjadi banjir. Sekilas tak ada yang istimewa. Kebanyakan warga mengatakan rumah itu berhantu, barangkali untuk menakuti anak-anak.
Tapi siapa sangka ternyata rumah tua ini menyimpan banyak sejarah. Rumah tua, sebelumnya dijuluki Rumah Panjang ini terletak di Desa Karang Mendapo, Marga Simpang III, Batin VI, Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun.
Swaranesia.com pada edisi ke dua dari menyusuri jejak pendiri Provinsi Jambi ini akan mengupas Rumah Panjang milik Zakaria deklarator Jambi. Rumah ini kelak menjadi saksi bisu atas pendirian Jambi menjadi Provinsi otonom.
Jika dilihat dari Rumah Panjang ini, terlihat sebuah ukiran di ujung atas rumah. Bentuknya unik dan belum pernah terjamah dan tergantikan.
Naik ke tangga Rumah Panjang ini memang harus hati-hati, betapa tidak, kayu di sisi kanan dan kiri sudah kayunya mulai reot. Lalu anak tangga juga sudah banyak yang patah dan hilang. Tangga yang terletak di sisi kanan Rumah Panjang ini adalah satu-satunya tangga untuk masuk ke ruangan utama Rumah Panjang ini.
Menurut penuturan cucu Zakaria pemilik rumah Panjang, Bambang Isnaini, rumah ini dibangun sekira tahun 1950 an.
Bambang menuturkan rumah ini dibangun tinggi karena pada masa itu sering terjadi banjir. Selain itu menurut Bambang sebenarnya rumah ini Panjang ke belakang hingga 15 meter.
“Kata orang tua dulu, di tengah-tengah rumah ini ada kolamnya, tapi kini kolam itu tidak terlihat lagi,” kenang Bambang.
Masuk di sisi rumah Panjang ini, terlihat kursi tua yang sudah rusak, ada lemari untuk menyimpan dokumen. Rumah Panjang ini juga ternyata memiliki dua buah kamar. Di sisi dindingnya banyak terpajang foto-foto lawas.
Satu foto terlihat tiga orang yang mengenakan stelan kemeja putih, celana abu-abu, serta dasi dan peci miring. Foto lainya, terlihat enam orang perempuan muda, berpose layaknya model di eranya, dan foto lainnya seorang pria yang kini bermukim di Mekah.
“ Itu kakak bapak saya, namun tinggal dan meninggal di Mekkah,” ujar Bambang.
Foto lainnya adalah foto keluarga.
Selain itu kami menemukan banyak dokumen-dokumen penting dari sejarah pendirian Jambi yang pernah kami ceritakan di edisi sebelumnya.
Selain dokumen penting, swaranesia.com penemukan dua buah piringan hitam, dan kaset pita. Langsung saja kami menebak pak Zakaria dan teman-teman menyukai music.
Tak sebatas itu, ada juga alquran, kitab gundul dan tulisan berbahasa belanda dan arab gundul.
“ Dulu sekira tahun 80an, banyak binatang liar di sekitar rumah kami. Hingga ketika harimau kecil sering bermain-main di halaman kami. Kami melihat dari atas rumah saja,” kata Bambang.
Rumah Panjang ini ternyata juga menyimpan banyak mitos. Di antaranya adalah piring di rumah ini yang jika dilempar atau buang akan kembali lagi ke lemari tempat semula. Dan, mungkin kebetulan saja, kami memang menemukan piring di dalam lemari tersebut. Tapi belum yakin itu piring yang dimaksud.
Lantas saja, menurut Bambang, rumah ini pernah ada inisiatif dari keluarga untuk diperbaiki atau direhab. Sehingga dapat digunakan seperti halnya rumah yang layak. Namun saat itu keluarga Bambang merasa keberatan dan akhirnya rumah ini tidak jadi diperbaiki.
Dari penelusuran swaranesia.com di rumah Panjang ini, terdapat dokumen-dokumen dan sertipikat tanah atas rumah ini. Dalam sertipikat ini terlihat dokumen yang menujukan batas-batas tanah dan luas tanah tersebut. Semuanya tertulis rapi dan detail.
“ Tak banyak harapan kami dari rumah ini, yang penting dijaga, karena akan menjadi saksi sejarah yang teramat penting bagi daerah Jambi,” ucap Bambang