SWARANESIA.COM- Relawan dari beragam latarbelakang dari berbagai daerah Provinsi Jambi akan berdiskusi dalam sebuah Diskusi Kelompok Terarah (FGD) bertajuk “Agenda 45: Jalan Kesejahteraan Indonesia. Diskusi akan berlangsung Senin 15 Agustus, 2022, bertempat di Aula Kantor Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) kawasan Kota Baru Kota Jambi.
Rumusan awal Agenda 45 dirumuskan dalam sebuah FGD yang berlangsung 11 Juli di Jakarta. Untuk memperdalam dan memperluas partisipasi yang lebih luas, rumusan itu diperdalam di setidaknya 13 provinsi.
Hasil-hasilnya akan diserahkan kepada sebuah tim yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Seknas Jokowi . Tim itu yang kemudian menyusunnya sebuah rumusan akhir untuk diumumkan ke publik.
Pada akhirnya rumusan Agenda 45 diserahkan ke Presiden Joko Widodo dalam sebuah pertemuan besar yang akan berlangsung di Jombang, Jawa Timur, September mendatang. Rumusan itu merupakan inisiatif masyarakat untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2025-2045.
“Biasanya, RPJP disusun oleh pemerintah, namun kali ini kami menjalani proses yang demokratis dengan melibatkan sebanyak mungkin masyarakat,” ujar Ketua Seknas Jokowi Jambi Roy Benjamin Situmorang.
Dalam diskusi peserta akan dikelompokkan dalam 5 topik pilar yakni pangan, enerji, kebudayaan, tata kelola pemerintahan dan Geopolitik global. Pangan dan enerji merupakan dua topik pilar paling penting yang akan menjadi tumpuhan terujudnya kesejahteraan Bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan Kemerdekaan 1945.
Menurut Roy, tiap wilayah di Indonesia memiliki tantangan dan kesempatan yang berbeda mengingat kondisi geografi, sosial dan ekonominya yang berbeda. Jambi misalnya mempunyai perkebunan sawit yang luas. Mengingat Indonesia tengah berada dalam transisi meninggalkan ketergantungan enerji fosil, sawit merupakan soal yang amat strategis di Jambi.
Data Dinas Perkebunan Jambi menunjukkan luas tanaman sawit tumbuh di lahan seluas 1.134.640 Ha diluar kawasan konservasi. Panen TBS selama ini dibawa ke Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) yang berjumlah 79 pabrik milik perusahaan swasta.
Dalam ini posisi petani sawit perlu diperkuat. Jumlah pabrik pengolahan sesungguhnya belum cukup. Setidaknya, menurut Roy, dibutuhkan 20 pabrik lagi agar hasil panen petani langsung bisa diproses segera. Bila TBS terlalu lama menunggu diolah akan rusak karena keasamannya naik.
“Bila petani dibantu agar bisa punya pabrik, misalnya dimiliki secara berkelompok, tentu mereka akan lebih sejahtera,” ujar dia.
Ada beberapa ide agar petani bisa punya pabrik pengolahan sendiri. Petani Bengkulu bikin sendiri alat pengolahnnya. Asosiasi Petani Sawit ada yg kerjasama dg pihak lain bikin pabrik. Tanpa pabrik sendiri petani akan tertinggal di masa depan padahal bioenergi makin penting dalam transisi enerji
Warga Jambi juga menaruh perhatian besar pada topik pilar lain yakni enerji. Jambi punya potensi batu bara yang besar, sebagian telah diusahakan sisanya masih tahap eksplorasi. Potensi sebesar 1,52 miliar metrik ton.
Pemanfaatan batubara sebagai sumber enerji primer akan memberi banyak keuntungan. Namun pada sisi lain, resiko kerusakan lingkungan akan besar. Di Jambi lokasi-lokasi batu bara banyak berada di kawasan hutan. (***)