SWARANESIA.COM- Jelang pemilihan walikota Jambi 2024, nama anak muda menjadi walikota 2024 mengemuka. Nama anak muda muncul disebut akan menjadi poros baru dalam Pilwako Jambi 202 mendatang.
Pengamat Politik Dori Efendi mengatakan di dalam pemilu tentu ukurannya adalah popularitas yang nanti akan berdampak kepada elektabilitas atau keterpilihan.
“Setidaknya ada tiga anak muda yang popularitasnya dikenal di Kota Jambi yaitu Rocky Candra, Budi Setiawan dan Iqbal Linus, ” Katanya
Peneliti politik ini juga mengatakan jika diasumsikan nama Rocky Candra. Dalam Pemilihan Legislatif 2019, berhasil mendulang suara sebanyak 16.203 suara dan merupakan suara tertinggi di Dapil Kota Jambi mewakili Partai Gerindra.
Lalu Budi Setiawan yang merupakan Ketua Partai Golkar Kota Jambi yang secara tidak langsung memiliki mesin partai dan ianya juga Ketua KONI Provinsi Jambi.
Sementara nama Iqbal Linus yang baru masuk dalam pusaran politik, sudah mulai mendapat simpati pemilih dan ia merupakan Ketua KNPI, dan Wakil Bendahara Partai Pan.
Nama-nama di atas mempunyai kredibilitas mereka ini dapat menjadi solusi. Kenapa? Pertama, partai Gerindra adalah partai pemenang pemilu di Kota Jambi dengan tujuh (7) kursi dan menduduki Ketua Dewan. Sedangkan Golkar memiliki empat (4) kursi, partai Pan juga empat (4) kursi. Artinya mereka berpotensi diusung oleh partai masing-masing.
Nah jika merujuk dalam kontestasi Pilwako dibeberapa daerah. Ada Kota Medan yang berhasil dimenangkan oleh anak muda dan walikota Solo yang juga dimenangkan oleh anak muda.
“Tentu ini menjadi menarik ketika anak muda bisa bersaing dengan para politisi kawakan seperti Maulana dan H. Rahman. Sebaliknya ia tidak akan menjadi menarik apa bila calon walikota hanya ada dua orang saja, ” Katanya
Seperti Maulana dan H. Rahman, kedua kandidat dinilai bersaing untuk mendapatkan simpati dan dukungan Fasha. Yang keduanya adalah kader dari Partai Nasdem.
Jika diilustrasikan kedua kandidat adalah orang Fasha artinya ia akan berhadapan dengan kekuatan partai lain karena Nasdem tidak bisa mengusung calon sendiri disebabkan oleh parliamentary threshold yang mengharuskan 4% kursi Parlemen.
Menurut Dori, jika keduanya adalah orang Fasha tentu masyarakat atau pemilih tidak akan dapat menentukan sikapnya karena loyalis Fasha harus berpihak kepada salah satu kandidat.
Dosen Fisipol Unja ini juga mengatakan calon muda dapat meraih simpati pemilih pemula dan pemilih muda di Kota Jambi. Komposisi mereka yang banyak tersebut tentu menjadi rebutan kandidat. Siapa yang mampu merepresentasikan dirinya sebagai wakil anak muda.
“Jika inggin melihat kontestasi pilwako ini menjadi menarik maka kandidat muda tersebut haruslah berani masuk dalam kontestasi pilwako tersebut. Beranikah? Biar mereka mempertimbangkan momentum Politik ini
Discussion about this post