SWARANESIA.COM,JAKARTA- Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengakui soal kritik dari banyak pihak terkait efektivitas pembelajaran jarak jauh. Menurutnya saat ini tidak ada opsi lain yang bisa dilakukan.
“Itu saya 100 persen setuju dengan semua kritikan itu. Tetapi kita tidak punya opsi yang lain pada saat ini,” kata Nadiem dalam keterangan tertulis, Minggu (12/7/2020).
Menurutnya, pada akhirnya pihak sekolah harus mencari jalan masing-masing untuk mengelola aktivitas belajar mengajarnya. “Karena tidak ada satu platform yang cocok untuk satu sekolah,” terangnya.
Namun dari evaluasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait pembelajaran jarak jauh, peran orang tua yang ikut berpartisipasi dalam sistem pembelajaran jarak jauh ternyata lebih efektif.
Nadiem mengapresiasi kinerja dan dedikasi guru-guru yang berinisiatif mencari jalan agar para siswanya tetap mendapatkan pengajaran meski dalam kondisi darurat. Apalagi para siswa yang tidak menjangkau atau mengakses teknologi untuk pembelajaran jarak jauh.
“Kami ada cerita hebat di lapangan, di mana guru-guru ini berkunjung satu per satu ke rumah siswa. Ini merupakan hal yang yang luar biasa, dan ini terjadi di berbagai daerah,” ungkap Mendikbud.
Selain itu Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka adalah metode terbaik yang tak bisa digantikan.
Oleh karenanya, ia tidak memiliki niatan untuk mempermanenkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
“Pembelajaran tatap muka adalah model pembelajaran terbaik yang tidak bisa digantikan. Kemendikbud memastikan tidak memiliki rencana mempermanenkan PJJ sebagai satu-satunya model belajar mengaar di semua sekolah,” ujarnya dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Antara.
Menurutnya, bayak yang salah paham dengan apa yang ia sampaikan terkait PJJ permanen.
Ia hanya menyebut pembelajaran tatap muka akan semakin diperkuat dengan kombinasi pemanfaatan teknologi yang sudah diterapkan secara masiff di tengah wabah.
Sekolah juga diharapakan dapat mengoptimalkan elemen-elemen teknologi demi menunjang proses pembelajaran tatap muka.
Setelah wabah usai, pihaknya akan menghendaki agar kegiatan belajar bisa dilakukan secara tatap muka kembali.
“Interaksi guru dan murid akan menjadi lebih dinamis dengan dukungan teknologi. Bukan PJJ akan diimplementasikan selamanya saat Covid-19 sudah tidak ada lagi,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian juga menyatakan makna PJJ permanen bukan berarti menghapus model tatap muka.
“Yang Saya maksud dari pernyataan tersebut adalah Kita harus maksimalkan teknologi yang sudah dipelajari untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar,” tambahnya.
Kemendikbud juga telah diminta untuk meningkatkan akses dunia pendidikan terhadap teknologi perihal infrastruktur teknologi, informasi, dan komunikasi yang memadai untuk menghindari kesenjangan.