Monday, November 25, 2024

Pemimpin Hamas Tewas di Iran, Berikut Sepak Terjang Ismail Haniyah Pernah Ditahan hingga Diasingkan

SWARANESIA.COM- Pemimpin pejuang Hamas, Ismail Haniyah dikabarkan meninggal usai dibunuh oleh Zionis Israel di Iran. Sebagaimana dilansir dari media Timur Tengah AlJAZEERA, Rabu (31/7/2024), Ismail Haniyah terbunuh di kediamannya di Teheran.

Media tersebut juga melaporkan, Kementerian Kesehatan Lebanon menyebutkan, ada tiga orang termasuk, dua anak-anak tewas an 74 lainnya terluka dalam serangan yang dilancarkan militer Israel sebagai “operasi pembunuhan yang ditargetkan” terhadap seorang komandan Hizbullah di Beirut Selatan.

Sebanyak 42 mayat ditemukan di Khan Younis timur, sementara itu Pejabat Gaza mengatakan, ada 255 warga Palestina meninggal selama operasi darat tentara Israel yang berlangsung selama sembilan hari di kota Selatan tersebut.

“Sembilan pemuda tewas dalam serangan Israel saat mereka mengangkut jenazah dari kamp pengungsi Bureij ke kamp Nuseirat dengan kereta yang ditarik hewan, rekaman eksklusif yang diperoleh Al Jazeera menunjukkan,” tulis media AlJAZEERA.

Sementara itu, Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) membenarkan atas meninggalnya Ismail Haniyah, saat ini penyelidikan kematiannya sedang berlangsung.

Dilaporkan dari media albalad.co, Haniyah ke Teheran sedang memimpin delegasi Hamas untuk menghadiri pelantikan Presiden Masud Pezeshkian. Selain itu Haniyah juga hadir bersama Sekretaris Jendral Jihad Islam Ziad an-Nakhalah untuk menemui pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khameine

Ismail Haniyeh adalah seorang politisi Palestina yang saat ini menjabat sebagai Kepala Biro Politik Hamas, sebuah organisasi Islamis yang menguasai Jalur Gaza. Ia lahir pada tanggal 29 Januari 1963, di Kamp Pengungsi Al-Shati di Jalur Gaza.

Haniyeh pertama kali dikenal luas ketika ia diangkat sebagai Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina pada tahun 2006 setelah kemenangan Hamas dalam pemilihan legislatif. Namun, setelah konflik internal dengan Fatah, yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, Haniyeh dan pemerintahannya hanya diakui di Jalur Gaza, sementara Tepi Barat dikuasai oleh Fatah.

Sebagai pemimpin Hamas, Haniyeh memainkan peran kunci dalam strategi politik dan militernya, termasuk dalam hubungan dengan Israel dan komunitas internasional. Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, tetapi juga sebagai gerakan pembebasan nasional oleh banyak pendukungnya di Palestina dan dunia Muslim.

 

Karir

 

Ismail Haniyeh telah menjalani karier panjang dan penuh dinamika dalam politik Palestina, khususnya dalam organisasi Hamas. Berikut adalah beberapa tonggak penting dalam sepak terjangnya:

 

1. Pendidikan dan Awal Karier: Haniyeh menempuh pendidikan di Universitas Islam Gaza, di mana ia memperoleh gelar di bidang Sastra Arab. Setelah lulus, ia bekerja sebagai administrator di universitas tersebut.

 

2. Aktivisme dan Penahanan: Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, Haniyeh terlibat aktif dalam kegiatan Hamas, yang menyebabkan ia beberapa kali ditangkap dan dipenjara oleh otoritas Israel.

 

3.Kepemimpinan di Hamas: Haniyeh naik ke tampuk kekuasaan dalam struktur Hamas dan menjadi tangan kanan Sheikh Ahmed Yassin, pendiri Hamas. Setelah Yassin dibunuh oleh Israel pada tahun 2004, Haniyeh menjadi salah satu pemimpin utama Hamas.

 

4. Pemilihan Legislatif 2006: Pada tahun 2006, Hamas memenangkan pemilihan legislatif Palestina. Ismail Haniyeh kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri. Namun, pemerintahannya segera menghadapi tekanan internasional dan konflik internal dengan Fatah.

 

5. Konflik dengan Fatah dan Pembagian Kekuasaan: Pada tahun 2007, setelah pecahnya konflik berdarah dengan Fatah, Hamas mengambil alih kendali Jalur Gaza, sementara Fatah mempertahankan kontrol di Tepi Barat. Haniyeh tetap menjadi tokoh utama di Gaza, meskipun pemerintahannya tidak diakui secara internasional.

 

6. Peran dalam Konflik Gaza-Israel: Di bawah kepemimpinan Haniyeh, Hamas terlibat dalam beberapa konflik besar dengan Israel, termasuk operasi militer pada tahun 2008-2009, 2012, 2014, dan 2021. Haniyeh sering berperan sebagai juru bicara Hamas dalam negosiasi gencatan senjata dan upaya diplomatik lainnya.

 

7. Kepala Biro Politik Hamas: Pada tahun 2017, Haniyeh terpilih sebagai Kepala Biro Politik Hamas, menggantikan Khaled Meshaal. Dalam peran ini, ia memimpin organisasi secara keseluruhan dan bertanggung jawab atas strategi politik dan militer Hamas.

 

Haniyeh dikenal karena pidato-pidato yang kuat dan retorika yang tegas, serta upayanya untuk menjaga stabilitas di Gaza meskipun di bawah blokade dan tekanan internasional yang berat.

 

Kerap ditahan dan diasingkan

 

Ismail Haniyeh telah ditangkap beberapa kali oleh otoritas Israel karena aktivitasnya yang terkait dengan Hamas. Berikut adalah beberapa peristiwa penangkapannya yang diketahui:

 

1. Penangkapan Pertama (1987): Haniyeh pertama kali ditangkap pada tahun 1987 selama Intifada Pertama, sebuah pemberontakan besar-besaran oleh rakyat Palestina melawan pendudukan Israel.

 

2. Penangkapan Kedua (1989): Pada tahun 1989, Haniyeh ditangkap lagi oleh Israel dan ditahan selama tiga tahun.

 

3. Pengasingan ke Lebanon (1992): Pada tahun 1992, Haniyeh, bersama dengan sekitar 400 anggota Hamas lainnya, diasingkan ke Lebanon Selatan oleh Israel. Mereka tinggal di pengasingan selama sekitar satu tahun sebelum diizinkan kembali ke wilayah Palestina.

 

Secara total, Ismail Haniyeh ditahan oleh otoritas Israel selama beberapa tahun, dengan penahanan yang paling lama terjadi antara tahun 1989 dan 1992. Detil spesifik mengenai setiap penangkapannya tidak selalu tersedia secara lengkap di sumber-sumber terbuka.

 

 

Bagikan berita

Berita Terkait

Komentar

325 300

Popular post

Official Account