oleh : Andika Arnoldy
Program makan siang gratis Presiden dan wakil presiden Prabowo-Gibran dimulai. Berbagai tanggapan bermunculan, mulai dari harga, menu hingga kualitas gizi yang diberikan.
Semua kalangan membicarakan hingga kontroversi soal rasa yang tidak cocok dengan selera atau rasa atau keinginan siswa terhadap makan siang tersebut, termasuk Deddy Corbuzier (DC)lewat akun Instagramnya.
Belakangan tanggapan DC ini mengundang sentimen negatif oleh netizen, berbagai tanggapan muncul terhadap sentimen tersebut. Ada kesimpulan bahwa hal itu adalah pembelaan DC terhadap program pemerintah Prabowo-Gibran. Diketahui DC saat ini berpangkat Letkol Trituler yang merupakan pangkat pemberian dari Prabowo semasa menjadi Menteri Pertahanan.
DC memang selalu menanggapi semua isu yang berkembang, dengan caranya yang lebih santai tapi menghadirkan bintang tamu yang bonafid menambah tingkat kepercayaan tinggi bagi masyarakat, betapa tidak semua pembahasan dikemas secara konsep dan eksekusi yang jitu dan to the point.
Tak bisa dielakkan saat ini channel close the door yang mempunyai 20 jutaan subscribe itu menduduki program nomor satu di Indonesia.
Nah belakangan DC seolah menjadi juru bicara pemerintah melalui podcastnya, dari yang menjadi tempat untuk klarifikasi kini menjadi podcast normalisasi isu.
Normalisasi isu
Dalam tulisan The Agenda-Setting Function of Mass Media oleh McCombs, Maxwell E., & Shaw, Donald L. (1972) menjelaskan bagaimana media memengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu tertentu.
Normalisasi isu adalah proses di mana suatu isu, yang awalnya dianggap kontroversial, tabu, atau tidak lazim, secara bertahap diterima oleh masyarakat sebagai sesuatu yang wajar atau biasa. Proses ini sering melibatkan upaya komunikasi yang strategis untuk membentuk persepsi publik sehingga isu tersebut tidak lagi dianggap sebagai ancaman, masalah besar, atau hal yang aneh.
Close the door sebagai wadah media memengaruhi apa yang harus dipikirkan. Dengan kata lain, media memiliki kekuatan untuk menentukan agenda publik melalui cara mereka menyoroti atau mengabaikan isu.
Dalam konteks normalisasi isu, teori ini menjelaskan bagaimana media menjadi alat penting untuk memperkenalkan dan mendorong penerimaan isu yang awalnya tidak familiar atau kontroversial. Dengan menentukan fokus perhatian masyarakat, media dapat membantu mengubah persepsi terhadap isu tertentu.
Normalisasi isu makan siang gratis.
DC dalam vlog yang dimuat dalam instagramnya mengatakan
“Anak saya sudah terbiasa sejak kecil menemani saya bekerja dan makan makanan apa pun yang tersedia saat syuting biasanya berupa nasi kotak yang disiapkan untuk semua kru. Jika suatu saat Azka mengatakan, “Pak, makanannya nggak enak, aku mau yang lain, sudah pasti saya akan menegurnya keras, Tidak ada ruang untuk komplain soal rasa. Kebiasaan seperti itu membuat Azka terbiasa menerima apa yang ada. Hingga hari ini, di mana pun ia berada, dia selalu mencari nasi kotak tanpa banyak protes tentang rasa, Bagi saya, komentar ini sangat tidak berempati. Mengapa? Karena banyak anak yang tidak mampu membeli makanan bergizi,”
Rangkaian kalimat ini bukan tanpa agenda setting, lihat kalimat demi kalimat yang sebenarnya tidak patut disampaikan malah dengan tegas disampaikan. Itu adalah cara untuk memancing kontroversi sehingga masyarakat mempunyai pikiran sendiri.
Sehingga dari kalimat itu akan ada yang mendukung program makan siang gratis dari Prabowo-Gibran ini.
Sebenarnya jika melihat riwayat podcast DC ini banyak lagi tayangan yang sifatnya adalah normalisasi isu.
Ada beberapa teknik yang dilakukan DC agar dapat menarik masyarakat untuk menonton kontennya. Seperti dari jduul yang menantang, walau kadang click bait, lalu konsep pertanyaan yang menggiring opini, serta menimbulkan simpati hingga empati dari masyarakat atas apa yang terjadi.
Selain itu banyak juga konten DC yang justru malah seperti blunder dan menyerang dirinya. Tapi entah mengapa, sepertinya itu bagian dari settingan agar mendapatkan perhatian lebih.
Meski banyak konten DC yang menggiring opini keberpihakan terhadap pemerintah namun banyak juga konten DC yang mengandung pengetahuan dan wawasan. Tak sampai di sana, kontennya pun juga didominasi oleh humor ala stand comedy melalui program Ormas.
Mungkin itu adalah cara agar konten DC dapat terus disaksikan, hingga penonton tidak sadar bahwa itu bagian dari penggiringan isu terhadap konten yang bersifat normalisasi.