Tuesday, July 8, 2025

Mampukah Kaesang

fb img 1744169427475

Oleh Andika Arnoldy

Kaesang seperti terburu-buru mengemban amanah sebagai ketua umum PSI, karena belum ada rekam jejak politik. Dia tak boleh berfikir untuk diri sendiri, tapi juga harus meningkatkan peraihan kursi Parlemen DPR-RI dan di daerah, mampukah Kaesang?.


Begitu Kaesang berhasil merebut kursi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) semua orang kaget, tak sedikit yang mencemooh. Sejuta pertanyaan meluncur, kenapa secepat itu, kenapa harus Kaesang, apakah PSI tidak punya mekanisme pemilihan ketua? Itu ketua Give Away.

Ya, terserah saja, penonton bersorak dan berteriak lalu mengejek peristiwa itu. Tapi satu hal dari ini semua partai ini berhasil merebut perhatian masyarakat, persoalan negatif atau positif nanti dulu, semua akan dibuktikan pada hasil Pemilu 2024. Bacot penonton tak akan sepenting agenda partai yang kata lagu Sheila On 7 “melompat lebih tinggi”

Maka segala macam skenario lakukan, segala pola dan gaya harus dilakukan, salah satu solusi yang diambil adalah meminang dinasti, orang dalam rezim, dia adalah Kaesang Pangarep putra bungsu Jokowi. Dengan keyakinan penuh skenario itu akhirnya berjalan lancar untuk mencapai cita-cita menjadi partai papan atas.

Adalah sesuatu yang menghabiskan energi jika pertanyaan-pertanyaan teknis seperti mekanisme, kenapa Kaesang dan bagaimana PSI berpolitik. Rasanya itu tidak penting, yang substansi adalah bagaimana hasil resolusi PSI dengan menggaet Kaesang dalam pemilu ini. Apakah akan mempunyai efek elektoral seperti halnya para ketua partai lainnya.

Itu pertanyaan besarnya, apakah juragan martabak, pisang ini mempunyai efek elektoral pada pemilu 2024 ?

Sekilas PSI

PSI sejak dibentuk pada 16 November 2014 lalu memang memegang platform sebagai partai anak muda. Itu dilihat dari ciri khas panggilan kader PSI dengan sebutan Bro untuk kader laki-laki dan Sis untuk kader perempuan, selain itu juga terlihat dari kostum yang dipakai adalah jaket bukan jas seperti partai lainnya. Selain itu juga banyak kader dan pengurus partai dengan latar belakang millenial yaitu generasi yang lahir pada 1981-1996 dan gen X yang lahir pada 1965-1980 (sekarang berusia 40-55 tahun).

Ketua PSI pertama yang juga anak muda seperti Grace Natalie (41) yang mempunyai latar belakang mantan penyiar berita di televisi swasta seperti SCTV, ANTV dan TVONE. Grace menjadi ketua umum PSI selama 7 tahun dari 16 November 2014 hingga 16 November 2021.

Lalu ketua kedua yakni Giring Ganesa (40) merupakan mantan vokalis Band Nidji sejak 16 November 2021 hingga 25 September 2023.

Nah selama dua kepemimpinan ini 2014-2023 (9 tahun) PSI hanya mampu meraup 13 kursi di DPRD Provinsi se Indonesia dan 60 kursi di DPRD Kabupaten/kota se Indonesia sementara untuk DPR-RI masih nol kursi.

Meski demikian PSI berhasil mendudukkan kadernya Raja Juli Antoni sebagai Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) yang dilantik pada 15 Juni 2022.

Mampukah Kaesang?

Kaesang terbilang ranum dalam dunia perpolitikan Indonesia, belum ada rekam jejak malang melintang di dunia politik. Namun sekarang harus menanggung beban meningkatkan elektabilitas PSI dan mengeksplorasi dirinya sebagai tokoh politik, bukan urusan mudah, bukan perkara setahun dua tahun. Tugas berat di bahu pebisnis martabak ini.
Namun Kaesang terlanjur mengambil amanah ini, semoga bukan untuk senang dan riang gembira tapi dengan penuh perhitungan dan yakin menang sebagaimana ayahanda Jokowi yang selalu menang di setiap pilkada dan pilpres

Mampukah Kaesang menjadi efek elektoral bagi politik PSI. Dengan memanfaatkan ketokohan Kaesang sehingga mampu meningkatkan popularitas dan elektabilitas PSI hingga sejajar dengan partai papan atas.

Orang-orang akan menyebut nama PSI akan terlintas nama Kaesang dan langsung berdampak signifikan pada pemilihan.

Secara garis politik keluarga Jokowi memang bukan sembarangan, putra sulung Gibran menjadi walikota Solo, sang menantu Bobby Nasution adalah Walikota Medan. Itu sudah cukup membuktikan betapa digdaya keluarga presiden dua periode ini.

Harapannya, Kaesang mampu Mencontoh kakak-kakaknya itu yang mampu bertengger sebagai kepala daerah, harusnya Kaesang juga mampu membuktikan diri agar mampu menjadi kepala daerah yang menyusul saudaranya.

Namun sebagai ketua partai, seharusnya bukan hanya berpikir diri sendiri, bukan hanya mampu membuktikan bahwa diri sendiri bisa menjadi kepala daerah, sementara kondisi partai di daerah malah kebobolan tak medapat kursi Parlemen, bagaimana dengan kursi DPR-RI yang seharusnya juga menjadi target untuk menembus Parlementer Threshold.

Soal ini, Kaesang boleh di deret kan dengan nama keluarga atau anak yang menjadi ketua atau pimpinan partai seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani, Prananda Paloh, Ridho Rahmadi, Angela Tanoesoedibjo dan sederet nama lainnya. Namun wabil khusus untuk AHY dan Puan Maharani sudah mampu menjaga stabilitas partai nama lain belum terbukti.

Ini jelas menjadi pekerjaan rumah bagi Kaesang, bahwa menjadi ketua umum adalah pekerjaan yang bukan main-main bukan kaleng-kaleng. Tidak sesederhana mengurus bisnis yang bisa tinggal dan pergi karena akan ada catatan trek rekord untuk diunggulkan pada setiap even politik.
Dalam hal ini Kaesang tak boleh banyak berharap pada Jokowi saja. Tapi juga harus mampu menumbuhkan ceruk pemilih lainnya yang sebenarnya berada di daerah.

Bagikan berita

Berita Terkait

Komentar

Popular post

Official Account