SWARANESIA.COM – Cek Endra mendapat restu menjadi Gubernur dari seorang kyai sepuh di Muara Siau, Merangin.
***
Orang-orang menyebutnya tuan guru Aziz. Nama panjangnya Kyai Haji Abdul Aziz. Dikenal sebagai seorang maha guru. Dia adalah guru dari para guru ngaji di sana.
Usianya sudah 87 tahun. Kendati berumur sepuh, tapi, panca inderanya masih menyala-nyala.
Penglihatannya masih awas. Indera pendengarannya masih kuat. Air mukanya berseri-seri.
“Alhamdulillah…saya masih diberi umur panjang. Kini sudah masuk 87 tahun,” cerita sang kyai sewaktu menjamu kedatangan Cek Endra, Ahad, 15 November 2020, kemarin.
Fisik sang kyai bahkan masih terlihat kokoh. Cara berjalannya tegap, tidak tertatih-tatih ketika menyambut Cek Endra.
Mendapat kabar bakal dikunjungi Calon Gubernur nomor urut 1 itu, sang kyai bergegas menyambutnya di ambang pintu.
Cek Endra sampai nekat menerobos hujan deras. Ia tak peduli pakaiannya basah kuyup. Maklum, akses menuju rumah sang kyai tak ada jalur roda empat. Hanya jalan setapak untuk pejalan kaki.
Rumahnya di ujung pasar Muara Siau. Dari sebuah toko di tepi jalan, sekitar 100 meter dari pasar Siau, ada lorong kecil. Rumah kyai Abdul Aziz masuk lorong itu. Rumahnya di ujung gang.
Cek Endra terpaksa memarkirkan kendaraannya di luaran sana. Ia mesti jalan kaki melewati lorong tadi, barulah sampai ke rumah kyai.
Hujan turun sejadi-jadinya. Diringi Buya Satar, Cek Endra berjalan tegap menerobos guyuran hujan menuju rumah kyai itu.
“Mari masuk pak…” Sapa Kyai Abdul Aziz, sembari melempar senyum.
Wajahnya bersih. Sebuah sorban putih melilit di kepalanya. Ia tampak bugar dibalut pakaian putih dan bawahan sarung.
Tanpa basa-basi, sang kyai langsung memboyong tetamunya masuk ke dalam. Mereka duduk di kursi ruang tengah.
Sang kyai duduk di ujung kanan. Cek Endra di sebelahnya. Buya Satar mendampingi Cek Endra di sebelah kiri.
Cek Endra dan sang kyai sepuh saling menyapa, berdiskusi dan ngobrol panjang lebar.
“Mohon doa dan restu dari kyai. Semoga niat baik kami diridhoi Allah SWT,”kata Cek Endra.
Sudah seperti kebiasaan. Cek Endra selalu bersambang ke rumah kyai, ketika berkunjung ke suatu daerah. Di mana saja dan kapan saja.
Cek Endra percaya, menjemput doa dan restu ulama itu penting dan wajib.
Sang Kyai sempat bercerita singkat tentang masa mudanya. Ia dulu pernah menduduki posisi penting di organisasi ulama.
Ia pernah menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Kabupaten Sarko–nama kabupaten sebelum dimekarkan menjadi Sarolangun dan Bangko–.
Lewat tangan dinginnya, banyak kebijakan penting dilahirkan. Ia menjadi rujukan para ulama kala itu.
Usianya boleh saja tua. Tapi, umur tua sepertinya tak mampu menggerogoti ingatannya. Tengok saja, Ia masih mampu mengingat-ngingat masa lalu. Dan bercerita dengan amat detail.
Cek Endra tunduk takzim mendengar.
Jarum jam sudah mendekati pukul dua siang. Cek Endra izin pamit. Ia harus bergegas menuju Lembah Masurai, untuk menyapa warga yang sedari tadi menantinya.
Sebelum beringsut, sang kyai tetiba menengadah tangan ke atas. Para tetamunya ikut mengiringi. Mulutnya mulai komat-kamit. Ia membaca doa dengan suara agak sedikit pelan.
Ia mendoakan Cek Endra agar sukses menjadi gubernur. Sang kyai juga merestuinya memimpin Jambi.
“Yang penting nanti amanah. Jaga kepercayaan rakyat. Insyallah..jika Allah sudah berkehendak, semuanya akan dimudahkan. Insyallah jadi,. Sudah kelihatan auranya”ujar sang kyai.
Seisi ruangan kompak melafal kata “Amin”.
Cek Endra bersama Buya Satar dan Sang Kyai tampak akrab berfose bersama sebelum beranjak dari sana. Usai berswafoto, Cek Endra izin pamit sembari melempar salam.(*)