Beragam cara warga mendukung kandidatnya. Di Sabak, dukungan kepada Cek Endra disampaikan dengan cara tak lazim, tapi unik. Seperti apa?
***
Iring-iringan kendaraan Cek Endra mendadak terhenti di Simpang Blok D Geragai, persis di desa Pematang Rahim, Tanjab Timur. Cek Endra bergegas turun dari kendaraannya.
Ia berdiri tegap lalu menyapu pandangan ke arah depan. Di situ, Cek Endra tertegun memandangi dua lelaki yang sekujur tubuhnya dipenuhi lumpur. Mereka menari-nari sambil berguling-guling di jalanan berlubang, yang dipenuhi air lumpur berwarna coklat itu.
Si lelaki berambut gondrong menutupi tubuhnya dengan kain berkelir kuning. Satunya lagi melingkarkan kain warna merah di tubuhnya.
Yang satu memilih bungkam, sambil bolak-balik mendekati Cek Endra. Di tangannya menggenggam rumput ilalang.
Satunya lagi memegangi gong kecil, mulutnya terus komat Kamit.
“Berikan kami kecerahan….” Pekik pria itu, lantang.
Bak seorang aktor, lelaki itu..entah kenapa terus saja mengagung-agungkan nama CE-Ratu.
“Suara rakyat kecil bersama kalian,” longlongannya kian keras.
Rupanya, aksi mereka sore itu sebagai bentuk dukungan kepada pasangan CE-Ratu. Mereka menaruh harap, duet yang diusung Golkar-PDIP ini bisa membawa perubahan bagi Jambi. Daerah ini, kata mereka, membutuhkan sosok pemimpin yang peduli, merakyat, laiknya Cek Endra.
Di pundak CE-Ratu, dua lelaki itu mewakili warga Sabak, mengharap Jambi Cerah betul-betul terwujud.
Dua lelaki itu bernama Didi dan Ihsan. Keduanya adalah seniman senior di sana. Mereka lantas mendekati Cek Endra dan menyerahkan peta Jambi yang terbingkai rapi. Peta itu bertulis hanya untukmu Jambi cerah.
Itu sebagai simbol semoga CE-Ratu sukses membawa kemajuan bagi rakyat Jambi.
Cek Endra menerima peta itu sambil melempar senyum. Air mukanya tampak memancarkan kebahagiaan.
“Insyallah..jika CE-Ratu dipercaya rakyat, kami pastikan untuk berjuang membangun daerah ini,”ujar Cek Endra.
Bupati Sarolangun itu bergegas menciduk air kembang yang tergeletak di sebuah ember. CE lantas menuangkan air bercampur kembang tujuh rupa itu ke tubuh Didi dan Ihsan. Mereka disiram dari ujung kepala hingga badan.
Ihsan, yang sedari tadi membisu, tetiba berteriak lantang.
“Merdekaaaaa…..Merdekaaaaa…Merdekaaa….”
Pekik itu diucapkannya sampai tiga kali. Terakhir ia memekik kata takbir.
“Allahuakbar….”
Selepas itu, Didi dan Ihsan mempersilahkan CE dan rombongan melintas.(*)