SWARANESIA.COM, Jakarta – Achmad Zaky menyatakan mundur sebagai chief executive officer (CEO) Bukalapak dan akan digantikan Rachmat Kaimuddin. Perubahan ini efektif per 6 Januari 2020.
Setelah mundur dari CEO, Achmad Zaky masih tetap di Bukalapak tetapi perannya sebagai penasihat dan pendiri Bukalapak, Tech Startup Mentor, ketua Yayasan Achmad Zaky yang akan segera didirikan.
Dalam 10 tahun mengasuh Bukalapak Achmad Zaky telah menorehkan sejumlah prestasi. Salah satunya mengantarkan e-commerce ini sebagai startup unicorn atau startup bervaluasi US$1 miliar meski neraca keuangan masih merah. Saat ini valuasi Bukalapak sudah menyentuh US$2,5 miliar.
Sosok Achmad Zaky juga tak lepas dari kontoversi. Paling tidak ada dua yang paling diingat publik. Yakni, kritis soal dana riset yang kecil dan aksi pemutusan hubungan karyawan (PHK) demi efisiensi perusahaan dan kejar laba.
Kontroversi Presiden Baru
Pada Februari 2019 Achmad Zaky mengkritik mengenai dana riset di Indonesia melalui akun twitter. Cuitannya soal presiden baru dan perbandingan data anggaran riset penelitian dan pengembangan sempat viral.
Dalam cuitan tersebut, ia membahas perbandingan dana riset soal industri 4.0 yang menempatkan Indonesia di posisi ke-43 dengan nilai anggaran US$ 2 miliar. Menurut Zaky hal ini akan menghambat semangat untuk mengembangkan industri 4.0. Ia berpesan Presiden baru agar memperhatikan hal ini. Cuitan tersebut kemudian dihapus.
Cuitan ini direspons negatif oleh beberapa netizen yang memunculkan tagar #uninstallbukalapak. Dalam perkembangannya ada banyak juga netizen yang mendukung Achmad Zaky.
Akibat kritikan ini, Achmad Zaky diundang ke Istana Negara untuk menyampaikan pendapat dan meminta maaf secara langsung ke Presiden Joko Widodo. Usai pertemuan Jokowi menyerukan stop uninstall Bukalapak.
PHK Karyawan
Pada September lalu, Bukalapak memutuskan untuk memutus hubungan kerja (PHK) pada 100 lebih karyawannya. Alasannya untuk restrukturisasi dan membuat perusahaan lebih efisien.
Kabar ini hangat menjadi pembicaraan publik karena salah satu PHK besar di industri startup yang selama ini terkenal dengan ‘kemurahan hatinya’ membakar uang lewat diskon dan cashback.
Achmad Zaky pun angkat suara soal kebijakan ini. Menurutnya, PHK dilakukan setelah mempertimbangkan pendapatan Bukalapak sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA/earnings before interest, taxes, depreciation and amortization) baik.
“Bukalapak ingin menjadi e-commerce unicorn pertama yang meraih BEP (break even point) atau bahkan keuntungan dalam waktu dekat,” ujarnya melalui keterangan pers.
“Pada saat ini kami sudah memiliki modal yang cukup dari para pemegang saham untuk meraih EBITDA positif, tentunya apabila semua rencana kami berjalan lancar tanpa halangan.”