Berita pagi ini pahit sekali, semangat yang tadi membuncah, lalu meredup seketika. Mood seketika melemah tak karuan.
“Kedapatan Curi Telepon Genggam, Seorang Pemuda Dibekuk Polisi “
Sebuah berita utama dari media online itu telah benar-benar membuat mataku membelalak. Seolah tak percaya dengan berita tersebut, ponsel putih itupun ku geletakan di lantai.
Kisah ini adalah kisah sepotong yang sering kita dapatkan, dia berselirewan di media sosial yang sudah menjadi cemilan sehari-hari.
Terdengar pedih dan miris. Tak ada pikiran apalagi solusi tentang sepotong kisah yang pedih.
Dunia tak adil. Teriak nurani dalam hati, kenapa kepedihan ini datang dipagi hari, ketika semuanya baru saja dimulai.
Semuanya berjalan terbiasa. Hanya berjalan beberapa detik, tersebab sudah terbiasa melintas di ruang publik. Tanpa solusi.
II
Sebuah seminar motivasi dengan tema Cepat Kaya di Usia Muda. Gegap gempita, penuh semangat, para peserta yang membayar pendaftaran jutaan rupiah mengikuti perkataan sang motivator. Sekumpulan pemuda yang ikut seminar tampak yakin dengan mata berbinar-binar lalu mengatakan “Bisa”
Mereka yang mengikuti seminar itu ternyata golongan ningrat berdarah biru. Bapak-bapaknya adalah pengusaha pertambangan hingga perkebunan, paling minim berprofesi sebagai kepala dinas di sebuah instansi pemerintahan. Apalagi motivatornya, konon putra dari keturunan berdarah biru, punya banyak asset dan warisan. Tentu saja dengan segenap jiwa dan penuh semangat akan mengatakan “Bisa”
Anak-anak muda yang kemudian disebut millennial ini terlihat “ngehek” dengan mobil mewahnya. Duduk di sebuah kafe mewah lalu memesan minuman. Mereka berlima, dengan pakaian serba mahal lalu tertawa terbahak-bahak, seolah tak ada lagi orang selain mereka. Ya, mereka adalah panitia dari pelaksana seminar motivasi di atas.
Mereka adalah kumpulan anak muda “sukses” karena punya bisnis warisan dari orang tuanya. Semua yang diinginkan tingal tunjuk dan tinggal pilih saja. tanpa ragu dan tanpa mikir pokoknya “Bisa”
Selang setengah sehari, sebuah media online memberitakan tentang sebuah kepedihan mendalam. Terasa pahit, sebuah berita buruk datang menusuk hingga ke Qalbu.
“Menteri Sok Sial terjarat Operasi Tangkap Tangan KPK”
Bergegas, anak-anak muda itu, salah satunya adalah anak orang dekat dari menteri itu ketakukan, keringan dingin. Segelas minuman yang berada di tangan kanannya itu terus digenggamnya, lalu sebelah kiri tanganya terus mencari tau berita terkait yang diharapkan hanyalah berita palsu. Oh tidak, ternyata berita selanjutnya malah terlihat sang menteri sudah berjubah orange dengan tangan bergelang borgol menuju sel KPK.
III
Tak ada kesimpulan. Karena begitu kusut untuk diurai. Anda yang paling tau, karena anda juga pelaku, sebab ikut menikmati tapi tak punya akan sehat untuk bersepakat
Sepakat untuk tidak sepakat.
Discussion about this post