Pertanyaan di atas barangkali patut direnungkan. Seolah tak ada putra atau putri asal Jambi yang bisa mengharumkan nama negeri hingga kancah nasional. Belum ada kepercayaan untuk mengemban amanah lebih besar dari sekedar tingkat lokal hingga tak mampu bersaing hingga menembus istana negara.
Padahal ada banyak putra atau putri Jambi yang berpotensi menjabat menjadi menteri. Apalagi jika dilihat dari track record pendidikan, seperti UGM, UI atau ITB. Banyak pula anak-anak Jambi yang menempa diri sekolah hingga tingkat internasional, baik Al Azhar atau Havard. Namun kenapa tak jua dilirik menjadi pembantu presiden.
Kalau cuma bicara soal politik. Masyarakat Jambi juga mengenal dinamika-dinamika politik. Punya wawasan negawaran dan punya daya gedor loby hingga bisa menggandeng investor untuk pembangunan.
Sejak reformasi hingga kini baru Marzuki Usman mampu meniti karir hingga menteri. Marzuki Usman bahkan mampu duduk menjabat tiga menteri, pertama Menteri Negara Investasi Indonesia ke-3 dan Menteri Negara Pariwisata, Seni, dan Budaya Indonesia ke-6 pada masa Presiden BJ Habibie, Menteri Kehutanan dan Perkebunan Indonesia ke-7 pada masa presiden Abdurahman Wahid (Gusdur).
Setelah itu belum ada lagi warga Jambi yang mencicipi kursi empuk dan duduk manis di istana presiden, menjadi menteri.
Apa yang salah ?
Hal ini sungguh disayangkan. Karena akan muncul stigma, putra-putri Jambi memang tidak mampu bersaing hingga ke tingkat nasional. Hanya menjadi pengoceh yang hebat di media sosial. Atau group Whatsapp. Cuma bisa menjadi penonton di balik layar televisi sembari mengomentari apa yang dilakukan menteri tersebut, seolah paling pandai dan paling bisa saja.
Artinya secara sumber daya manusia, warga Jambi tak berbobot. Buktinnya, tidak dilirik sama sekali dalam suksesi negara.
Memang menteri adalah bagian dari suksesi politik. Ada lobi atau permintaan partai koalisi presiden untuk dijadikan pembantu. Tapi justru partai politik yang merekomendasikan nama-nama calon menteri pada presiden adalah nama-nama yang unggul secara SDM. Diyakini mampu bekerja keras dan punya visi dan misi untuk membangun negara, selaras dengan harapan presiden.
Dan satu lagi, memang menjadi menteri adalah hak presiden dan wakil presiden. Tapi apakah tidak terpersit dalam pikiran presiden bahwa nama orang Jambi juga mampu mengemban tugas menteri ?
Jadi kapan warga Jambi jadi menteri?
Semoga ada, setelah seleksi alam dan kompetisi SDM hingga berani mempertaruhkan diri menjadi terbaik dalam suksesi negara.
Discussion about this post