Bulan kedua di tahun 2021, Feburari, kemarin bulan Januari. Kita melewatinya begitu saja. Bersyukurlah, bagi kita yang hari ini bisa bertahan hidup dengan tenang dan nyaman tanpa kekurangan apapun. Tersebab bulan Januari yang begitu kelabu, sekelabu asap Merapi yang membumbung tinggi, membuat buncah hati.
Duka yang mendalam memang belum bisa dihapuskan. Bulan Januari adalah bulan penuh duka, penuh cobaan. Ibara sebuah cobaan, bisa jadi bulan Januari adalah level pertama untuk mencapai level kedua. Entah apa lagi ujian di bulan Februari. Semoga kita menjadi orang yang sabar dan bersyukur.
Memang seperti terasa sehari yang lalu, ketika Sriwijaya SJ – 182 menghentak pulau Laki, kepulauan Seribu. Jatuh berkeping-keping. Asa pun hilang, darah seolah terhenti. Nafas tersengal, tak adalagi harapan hidup bagi mereka yang ditinggalkan. Berharap ini adalah mimpi dan esok pagi masih bisa berkumpul dengan mereka.
Ya ternyata itu memang mimpi, kelak akan dipertemukan dengan mereka yang berjalan ke langit dengan waktu yang lama. Mereka memang tak akan kembali, tapi kita yang akan datang menjemput mereka.
Belum habis air mata meratap. Duka Kalimantan Selatan lalu datang. Banjir yang menggenangi 11 kabupaten itu benar-benar menjadi nyeri. Korban dan kerugian materil tak dapat dihindarkan.
Gempa Majene, Sulawesi Selatan mengguncang duka. Orang-orang belarian, melihat tanah retak, tanah yang begoncang. Tak terelakan, beberapa saat kemudian mayat-mayat tergelak jatuh tak terhindarkan.
Banyak lagi kejadian bulan Januari tahun 2021. Saat ini kondisi Merapi masih harus diwaspadai, sempat mengeluarkan lahar panas dan asap yang banyak. Membuat warga sekitar cemas dan berharap semuanya bisa terhenti.
Semuanya bencana ini bagaikan estafet, saling berganti-gantian, belum berhenti dan terus terjadi.
Sedemikianlah.
Begitu berartinya bulan Januari ini, ada perjumpaan ada perpisahan. Bulan Januari bukanlah meninggalkan tahun sebelumnya, atau berjumpa dengan tahun berikutnya. Bukan. Januari adalah pertapaan baru, menguji nyali sekaligus mental, agar tak terpental menghadapi hidup baru selanjutnya.
Ah jadi teringat lagu Iwan Fals 22 Januari, senandung lagu Gigi yang berjudul Januari. Atau sekelebat tembang Januari oleh kakak Glen Fredly. Ibarat kata mbah Didi Kempot, semuanyapun Ambyar.
Maka bersyukurlah kita yang masih berdiri tegak dan menghadap bulan Februari ini.
ingat kata-kata Bapak: “Selama tidur msh di bawah atap, di atas kasur, dan dikelilingin tembok, selama masih ada uang untuk beli makanan besok, selama punya selembar baju layak buat kondangan, & tdk punya utang, sesungguhnya kita itu berkecukupan.”
Yuk lompat buat kehidupan lebih bearti. Yang hilang akan kembali dan semuanya akan indah pada waktunya. (Andika Arnoldy)
Discussion about this post