SWARANESIA.COM- Sulit dipungkiri perindustrian film porno adalah industri yang paling bisa bertahan. Meski banyak yang menolak untuk menonton film porno. Namun berdasarkan penelitian ada 30 ribu lebih jiwa yang mengakses dan menonton film porno.
Namun, untuk memproduksi film porno ternyata sangat sulit. Apalagi mengingat kebutuhan penonton yang selalu berubah.
Berikut beberapa fakta pembuatan film porno yang ternyata tak semudah yang dikira. Ini dilakukan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
1. Take Scene yang Berulang
Pembuatan film dewasa sama seperti film lainnya. Ada sutradara sebagai pengarah adegan, jika terjadi kesalahan maka adegan itu harus diulang sampai memenuhi ekspektasi.
Tak jarang ada artis yang mengalami cedera dan menahan sakit karena pengulangan ini, tapi harus tetap tampak bergairah di depan kamera.
2. Latihan Fisik yang Berat
Bukan hanya olahragawan atau atlet yang harus latihan, aktor film porno pun harus rutin melakukan latihan fisik. Ini dilakukan untuk mempertahankan bentuk tubuh mereka. Mereka juga menjalani berbagai olahraga kelenturan tubuh agar bisa memerankan adegan dengan posisi yang antimainstream.
3. Plastic Surgery
Untuk memenuhi kebutuhan penonton, para aktor dan aktris tak jarang melakukan perombakan tubuh–baik wajah atau bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan payudara.
4. Lelah Fisik dan Mental
Mulai dari pemenuhan target–di mana agensi meminta mereka untuk berakting dengan minimal tiga orang berbeda dalam satu hari. Jam kerjanya pun padat dengan gaji yang kian hari kian turun, apalagi untuk aktor laki-laki. Jadi, wajar jika mereka lelah. Apalagi bila scene yang mereka mainkan harus diulang-ulang sampai mendapatkan gambar yang bagus.
Lalu beban mentalnya? Banyak sekali! Pemain film dewasa juga manusia normal. Mereka memiliki perasaan dan rasa malu. Namun, itu semua harus dikorbankan demi karir. Gimana gak tertekan coba? Bayangkan saja jika kalian harus telanjang dan beradegan intim di depan banyak orang.
5. Narkoba dan Suntik Hormonal
Tak jarang para artis film dewasa mengurangi rasa malu mereka dengan mengonsumsi narkoba atau minuman beralkohol. Mabuk membuat mereka terasa lebih rileks sehingga mengurangi kadar rasa malu ketika beradegan.
6. Stigma Negatif Masyarakat
Berhubungan seks dengan yang bukan pasangan resmi adalah perbuatan tabu. Itulah kenapa pandangan jelek selalu dilayangkan kepada para artis film dewasa. Mereka dijauhi di lingkungan masyarakat normal bahkan oleh keluarganya sendiri.
Karena predikat jelek sudah dilontarkan oleh masyarakat kepada mereka, tak jarang para artis ini mendapat perlakuan pelecehan dari berbagai pihak. Baik verbal atau non verbal. Padahal banyak para artis yang melakukan hubungan seks hanya sebatas formalitas atas dasar profesi.
7. Dibayang-Bayangi Penyakit Kelamin
Survei membuktikan bahwa penderita HIV/AIDS terbanyak diderita oleh para pekerja seks komersial, baik para artis film dewasa atau yang murni bekerja tanpa kamera. Hal ini tentu menjadi momok menakutkan bagi para “kuli” industri ini. Untuk itu mereka harus bolak-balik ke rumah sakit minimal satu bulan sekali untuk mencek apakah mereka sehat atau tidak. Walaupun sudah begitu, tetap saja banyak yang kecolongan hingga akhirnya tertular.
Demikianlah pengorbanan bara film bintang porno untuk memenuhi hasrat penontonnya. Segala macam cara dilakukan untuk kepuasan konsumen.
Discussion about this post