SWARANESIA.COM,JAKARTA- Remdesivir, sedang jadi pembicaraan. Nama yang disebut terakhir, bisa kita singkirkan dari daftar.
Kombinasi lopinavir-ritonavir biasa digunakan untuk kasus HIV; sedangkan interferon beta-1a adalah obat untuk multiple sclerosis, yakni gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang. Proses uji klinis lopinavir dan ritonavir serta interferon beta-1a sebagai obat Covid-19 hingga kini tetap berlangsung.
Bila nanti remdesivir mendapat restu FDA–yang akan menjadi obat resmi pertama untuk merawat pasien Covid-19–capaian ini pun tak sepenuhnya menjadi penawar getirnya pandemi tersebab virus SARS-Cov-2. Remdesivir, sejauh ini hanya efektif untuk pasien yang kondisinya parah.
Namun menurut dr Ikrar remdesivir telah telah disahkan sebagai obat anti virus covid 19
Alhamdulillah, Obat Anti Virus Corona COVID-19 telah disahkan (Remdesivir Approved as Drug of Choice for COVID-19)https://t.co/FArICjcEqs@WHO @KemenkesRI @BPOM_RI @US_FDA @PBIDI @jokowi @wapres_ri @WhiteHouse @realDonaldTrump pic.twitter.com/wR4tVqXvSI
— Taruna Ikrar (@TarunaIkrar) May 2, 2020
Hasil riset yang baru tersebut belum menjawab persoalan utama: tingkat kematian yang tinggi. Profesor penyakit menular di Australian National University, Peter Collignon, menukas kepada The Guardian, “Obat ini mungkin menawarkan sejumlah benefit, tetapi belum menjawab masalah utama kita”.
Sebuah penelitian awal dari Tiongkok, juga muncul untuk mengingatkan keampuhannya. Para peneliti menyatakan remdesivir seharusnya bekerja dengan cara menghentikan si virus mereplikasi diri.
Remdesivir sedianya menekan jumlah virus di tubuh pasien yang menerima perawatan, dibandingkan dengan pasien yang tak dirawat dengan obat itu. Riset dari Tiongkok terhadap 237 pasien yang berlangsung pada 26 Februari dan 12 Maret 2020, tak menemukan fenomena dimaksud.
Sebagai terobosan baru, remdesivir tetap memberi harapan; perlawanan terhadap Covid-19 tidak berakhir. Umat manusia belum menyerah pada maut, ditaklukkan makhluk tak hidup yang oleh mata telanjang pun tak nampak.