SWARANESIA.COM, Jakarta – Anggota Fraksi PSI DPRD DKI William Aditya Sarana harus berurusan dengan Badan Kehormatan (BK) DPRD DKI, gara-gara memposting rancangan usulan anggaran janggal Lem Aica Aibon Rp.82,8 Miliar dalam dokumen (KUA-PPAS) 2020 ke sosial media (sosmed).
Dia sebelumnya dilaporkan ke BK oleh warga bernama Sugiyanto atas dugaan pelanggaran etik. Anak buah Grace Natalie itu dianggap “offside” lantaran ulahnya mengunggah draft KUA-PPAS yang masih dalam proses pembahasan di SKPD telah menimbulkan kegaduhan yang luar biasa.
Sebagai legislator, William dinilai tidak sedang menjalankan tugas konstitusionalnya mengawasi anggaran Pemprov DKI. Tetapi sekedar ingin membuat kegaduhan di ruang publik.
Merespon polemik ini, pengamat Pengamat Politik, Pangi Syarwi Chaniago menilai, William dan PSI over acting. Politikus baru itu dianggap terlalu reaksioner terhadap sesuatu yang masih dalam tahap proses pembahasan.
Selain itu, William tidak saja dianggap sedang mencari panggung, tetapi juga sengaja ingin menyudutkan Pemprov DKI dan lembaga legislatif DPRD.
“PSI sedang mengeksploitasi selera publik yang marah dan tidak suka kepada Anies dan juga ditengah ketidak percayaan masyarakat kepada lembaga DPRD,” kata Pangi kepada TeropongSenayan, Jakarta, Jumat (15/11/2019). “Akibatnya, publik dan media pun ribut luar biasa,” sambungnya.
Dia mengaku mafhum, dengan strategi politik yang coba dimainkan PSI. Partai yang dihuni kaum milinel yang baru belajar politik sedang menjalanakan strategi dengan memanfaatkan sentimen dan emosi publik dan sekaligus memprovokasi.
Dalam konteks ini, menurut Pangi, PSI berhasil mengelola sentimen masyarakat kepada politikus dan partai lama di Kebon Sirih.
Meskipun, lanjut Pangi, di sisi lain Fraksi PSI juga justru kelihatan belum paham tentang bagaimana anggota DPRD menjalankan tugas konstitusionalnya mengawasi anggaran Pemprov DKI.
Dia lantas mengibaratkan PSI seperti murid baru yang baru belajar. “Ini kan Parpol kemarin siang, isinya anak-anak milenial, prinsipnya asal tampil beda, bikin gaduh ruang kelas biar dapat perhatian. Sayangnya, mereka (PSI) malah tampak sok tau sendiri,” beber Pangi.
“Tapi, ya wajar saja, namanya juga anak baru. Nanti dengan seiring waktu, mereka akan tumbuh dewasa sendiri. Sok taunya nanti akan hilang sendiri,” sambungnya.
Dijelaskan Pangi, manuver PSI yang bermaksud merecoki pembahasan anggaran jelas meleset. “Karena, bagi orang yang mengerti proses penyusunan anggaran, ibarat tulisan buku, ini (rancangan KUA-PPAS) baru dami, tapi PSI ributnya minta ampun. Mereka ribut terhadap dami,” ungkapnya.
Karena itulah, sebagian kalangan kemudian menganggap, polemik ini tak lebih dari sekedar panggung PSI untuk jualan diri sebagai partai yang paling suci dan bersih.
“Tapi, sekali lagi, ya tidak apa-apa, sebagai strategi politik ini sah-sah saja. PSI lanjutkan terus saja. Dari pada pasif kayak fraksi-fraksi yang lain,” sindir Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu.
Discussion about this post