SWARANESIA.COM,JAMBI- Gajah masih berkeliaran di desa Sepintun Kabupaten Sarolangun. Gajah ini sudah memasuki kebun dan lahan warga. Gajah ini bahkan sudah hampir memasuki areal masyarakat.
Gajah ini tidak terpantau oleh petugas diduga GPS Colar yang dikalungkan rusak, sehingga sulit dijangkau.
Aktivis lingkungan Feri Irawan mengatakan, pihak BKSDA harus bertanggungjawab soal gajah ini. Karena itu adalah tupoksi mereka.
” Pihak BKSDA harus bertanggungjawab dan cari solusi agar Gajah yang lepas ini bisa ditanggulangi, ” Ujar Feri Irawan.
Menurut Feri, jika pihak BKSDA tidak mampu mengurus gajah, maka sebaiknya jangan sembarangan melepaskan gajah tersebut.
” Terlepas apapun alasannya, mereka harusnya bisa menanggulangi gajah ini, ” Ujarnya
Saat ini semua pihak, warga, perusahaan dan pemerintah dalam hal ini Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi sedang konsultasi untuk mencari solusi persoalan gajah ini. Kamis (5/3)
Warga Sepintun, Marhoni mengatakan gajah saat ini berada di Simpang T Sepintun. Katanya gajah tersebut berasal dari kawasan PT Reki, PT ALN, PT SAMHUTANI PT AAS. Perusahaan ini merupakan daerah konsesi HTI perkebunan kebun sawit warga.
“Gajah ini lewat pos PTP lebih kurang 30 km dari jarak warga, ” Ujar Marhoni.
Kepala Seksi BKSDA Wilayah I Jambi Ikhwanuddin mengatakan Kronologis gajah yang diduga bernama Haris ini sebelumnya gajah yang ada di PT Reki semuanya adalah betina. Supaya ada peningkatan populasi maka BKSDA mengirim gajah jantan dari Tebo. Pemindahan tersebut sudah izin dari Bupati Sarolangun.
” Kita akan cari solusi dan harus menjadi prioritas masyarakat agar konflik tidak meluas,” Ujar Udin.
Peneliti PT Reki, Erwanda mengatakan memang ada tiga gajah yang tidak terdeteksi karena tiga kalung GPS collar tidak berfungsi dua diantaranya terlepas.
“Karena GPS Colar yang rusak ini sehingga sulit diketahui keberadaan saat ini, ” Ujar Erwanda
Erwanda Konflik manusia dan gajah berada di luar konsesi PT Reki, tindakan yang bisa diberikan terbatas. Bisa berikan pelatihan untuk masyarakat untuk mengusir gajah yang aman.
Saat ini, wilayah PT Reki 6 ekor betina satu kelompok dan dua jantan di bukit tigapuluh.
“Usaha PT Reki memberikan pelatihan menghalau dan mengusir gajah meski secara teori,” Ujar Erwanda
Dia mengatakan semua konflik manusia dan gajah berada di luar konsesi PT Reki.
Selain itu Jefriando dari PT AAS mengatakan pada 21 November 2019 lalu pernah gajah masuk ke PT AAS, itu terlihat dari kotoran dan jejak yang masih basah, langsung digiring ke zona gajah di PT Reki.
“Harus ada maintenance kalung GPS colar tersebut, memastikan agar berfungsi. Dan bisa dimonitor agar tidak masuk ke areal perusahaan dan perkebunan warga, ” Ujarnya. (Andika/swaranesia.com)