SWARANESIA.COM, Jakarta – Di era digital, tak perlu modal besar untuk bisa berbisnis dengan omzet miliaran rupiah. Junaedi Salad, 35 tahun, memiliki pemasukan Rp 1 miliar hingga Rp 1,44 miliar per tahun hanya dengan membuka usaha warung.
Junaedi bergabung dengan startup digitalisasi warung, Warung Pintar sejak Agustus 2017. Dulu, omzet warung per harinya sekitar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Kini, nilainya mencapai Rp 3 juta sampai Rp 4 juta.
“Pendapatan bersihnya sekitar 20 persen, di luar belanja kebutuhan warung dan lainnya,” kata dia kepada Katadata.co.id, hari ini (20/12).
Itu artinya, Junaedi meraup untung Rp 18 juta hingga Rp 24 juta per bulan. Besarnya omzet itu didukung beberapa layanan berbasis digital. Misalnya, dulu Junaedi harus pergi ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dagangan. Setiap kali berbelanja, ia menganggarkan sekitar Rp 2 juta. Kini, ia bisa memesan produk-produk yang akan dijual di warung melalui aplikasi Juragan. Barang yang ia pesan hari ini, bakal diantar keesokan harinya. Junaedi pun tak lagi pergi ke pasar untuk memenuhi kebutuhan usahanya.
Dalam sepekan, ia bisa memesan hingga tiga kali. Setiap kali memesan, ia menganggarkan Rp 6 juta. Barang yang ia jual pun terus meningkat dari tahun ke tahun setelah bergabung dengan Warung Pintar. Ia mendapat keuntungan tambahan jika memesan dagangan melalui aplikasi, yakni berupa poin yang bisa ditukar dengan voucher belanja.
Selain itu, platform mencatat produk apa saja yang paling banyak dibeli. Dengan begitu, Junaedi memahami produk apa yang perlu ditambah dalam jumlah banyak, dan mana yang tidak.
“Harga produknya lebih murah 5-10 persen dibanding beli di pasar,” kata dia.
Ia juga bisa menjual produk digital seperti pulsa hingga tagihan listrik. Karena lokasinya di pingir jalan di kawasan Kuningan, Jakarta, ada banyak pengemudi ojek online yang membeli pulsa di warungnya.
“Tagihan listrik juga ada,” katanya.
Pembeli juga bisa bertransaksi menggunakan dompet digital OVO. Sekitar 40 persen dari transaksi di warungnya melalui layanan teknologi finansial (fintech) pembayaran tersebut. Yang menarik, ia tidak mengambil uang yang masuk melalui dompet digital.
“Itu untuk tabungan,” kata Junaedi.
Ia bahkan sudah membeli rumah di kampung halamannya, di Jawa Tengah. Nama warung Junaedi yakni Kedai 3 Putri. Sebab, ia memiliki tiga putri. Anak sulungnya duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Yang kedua dan ketiga merupakan murid kelas empat dan satu Sekolah Dasar (SD). Dia juga sudah memiliki dua cabang warung, di Kuningan dan Menteng. Kedua warung itu dikelola oleh saudaranya. Junaedi pun berencana membuka warung lagi tahun depan.
Mitra Warung Pintar identik dengan warna kuning. Saat ini, startup tersebut menggaet 5 ribu warung di Indonesia. Perusahaan menargetkan jumlah mitra naik 10 kali lipat menjadi 50 ribu pada tahun depan. Data Euromonitor, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong. Dari nilai pasar retail US$ 521 miliar, sebanyak US$ 479,3 miliar atau 92 persen di antaranya merupakan transaksi di warung kelontong.