Sekarang anda coba duduk di warung kopi untuk membeli kopi cappuccino saset dan dengarkan bapak-bapak apa yang sedang mereka bincangkan?.
“ Fasha menang ? Apa hebatnya Haris?, Bagaimana dengan Fachrori?, Lalu Cek Endra pengaruhnya di mana?. “
Perbincangan itu tidak akan jauh-jauh dari tema Pilgub Jambi 2020. Dari pembicaraan warung kopi itulah semuanya bermula. Jika ada saja yang memantik diskusi pada hal-hal yang sensitif pasti akan mengundang sentimen, emosi pun kadang sulit dikendalikan.
Tak akan sampai di sana, pembicaraan sok tau soal mereka Fasha, Cek Endra, Fachrori, atau Haris akan berlanjut hingga ke media sosial, apapun itu, Facebook hingga Whatsapp Keluarga. Hebohnya pula mereka sok paling dekat dan sok paling tau soal peta politik yang terjadi. Nah ujungnya yang tak enak, pasti akan terjadi hoaks hingga sebaran kebencian. Sudahilah !
Fasha, Cek Endra, Fachrori, atau Haris, mereka berempat ini adalah kepala daerah yang sudah pernah memimpin daerahnya dua periode. Itu bukti nyata bahwa masyarakat Jambi sudah menyematkan kepercayaan mereka pada amanah itu.
Jadi apapun pilihanmu nanti, simpanlah baik-baik hingga pemilihan di bilik TPS. Jangan terlalu fanatik, karena mereka memang bukan Nabi atau malaikat yang tanpa salah.
Politik adalah Seni Kemungkinan
Politics is the art of the possible, the attainable — the art of the next best. Politik adalah seni dari kemungkinan, sesuatu yang dapat dicapai –seni dari (pilihan) yang terbaik berikutnya, demikian bilang Otto von Bismarck.
Sebagaimana seni yang multi dimensi, demikian juga politik. Pilihan-pilihan politik itu multi dimensi. Tapi berbeda dengan seni, pilihan-pilihan multi dimensi politik diikat oleh satu hal. Kepentingan. Jiwa, ruh dari seni adalah idealisme. Jiwa dari politik adalah kepentingan.
Dalam politik segala kemungkinan bisa terjadi. Kemungkinan yang didasarkan pada kepentingan. Kemungkinan apa yang terbaik sesuai kepentingan.
Sulit menerka apa yang terjadi politik saat ini, karena jika belum disahkan KPU semuanya bisa saja berubah. Ingat kejadian Pemilu Presiden 2019 lalu. Tiba-tiba Jokowi menyebutkan yang bakal menjadi calon wakil presidennya yakni KH Maruf Amin.
Padahal jauh hari sebelumnya nama Mahfud MD sudah lengket menjadi calon wakilnya, bahkan pengakuan Mahfud MD sudah mengukur baju untuk bersama-sama mendaftar di Pilpres saat itu.
Tak ada yang Abadi.
Pameo lainnya seperti diungkapkan mantan Perdana Menteri Inggris Lord Palmerston “Tidak ada teman atau musuh abadi dalam politik. Yang ada kepentingan abadi. Mereka yang ingin abadi dalam dunia politik dituntut fleksibel dalam mengikuti jalan kepentingan abadi’’.
Nah setelah Pilpres 2019 lalu, Prabowo Subianto yang awalnya adalah rival berat Jokowi, malah bergabung pada Kabinet Jokowi untuk menjadi Menteri Pertahanan.
Apakah permusuhan selama akan menjadi permusuhan, dan pertemanan akan menjadi pertemanan?
Termasuk Pilgub Jambi 2020 mendatang ini. Bisa saja apa yang terjadi saat ini berubah pada detik-detik pendaftaran di KPU.
Fasha, Cek Endra, Fachrori, atau Haris ?
Ikuti terus perkembangan politik dan tentukan pilihan segera. Jangan salah pilih karena itu akan berdampak pada kemajuan Jambi lima tahun ke depan.