Oleh Deddy Rachmawan
KEPENTINGAN yang sama akhirnya menyatukan keduanya untuk maju bersama pada Pilgub Jambi 2020.
Dua tokoh ini memiliki banyak kesamaan dibandingkan tokoh lain yang bakal maju pada Pilgub Jambi. Fachrori Umar dan Safrial.
Mari kita sebut satu persatu kesamaan mereka.
Dari delapan nama, cuma dua nama ini – Fachrori dan Safrial – yang pernah mengikuti Pilgub Jambi. Pilkada 2010 Safrial berduet dengan Agus Setyonegoro. Adapun Fachrori mendampingi Hasan Basri Agus (HBA). Itulah debut Fachrori di dunia politik.
Fachrori dan Safrial pula yang pernah menjadi PNS. Fachrori sang petahana itu terakhir merupakan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Manado. Lalu Safrial dosen di Universitas Jambi.
Mereka berdua pula yang mempraktikkan politik kekerabatan. Istri keduanya sama-sama duduk di dewan. Rahimah Fachrori di DPRD Provinsi Jambi, adapun Cici Halimah Safrial DPRD Tanjung Jabung Barat. Partainya pun sama dengan suami masing-masing. Tentu mereka punya jasa yang tak kecil terhadap partainya.
Dan ini bukan soal cocokologi gutak gatuk. Walakin, demikianlah faktanya. Bahkan dua politikus gaek ini lahir pada bulan yang sama, November. Tanggalnya pun selisih sehari. Safrial pada 22 November, Fachrori 23 November. Memang, tahunnya berbeda. Fachrori lebih sepuh.
Syahdan, kini keduanya mufakat maju bersama.
Selepas Partai Nasdem memberikan dukungan kepada bakal calon gubernur Syarif Fasha, membuat Fachrori Umar menjadi yang pertama. Pada musim Pilgub Jambi 2020 ini, ia orang pertama yang ditinggal partainya. Partainya, partai bentukan Surya Paloh, lebih memilih Syarif Fasha dan Asafri Jaya Bakri. Fasha Golkar, AJB Demokrat.
Fasha, pun demikian Al Haris sebenarnya juga “ditinggalkan” oleh partainya. Ketimbang keduanya, Airlangga Hartarto memberikan naungan beringin rindang pada Cek Endra, ketua partai itu di Provinsi Jambi.
Selasa, 14 Juli 2020, Fasha dan AJB menurut pelbagai pemberitaan, mendapatkan rekomendasi partai restorasi. Putra tuan Paloh, Prananda langsung yang menyerahkan surat keputusan dukungan.
Perkara partai “berkhianat” terhadap kadernya bukan barang baru. Ingat Pilwako Jambi 2008. Zulkifli Somad yang kader PAN diusung PDIP. Sebaliknya, Bambang Priyanto yang PDIP berperahu PAN.
Fachrori-Safrial sejauh ini baru mendapat dukungan dua kursi dari Hanura. Itupun masih diamanahi lagi untuk menambah kursi. Kini tersisa 30 kursi; PDIP 9, PAN, Demokrat dan Gerindra masing-masing 7 kursi. Sungguh tak sabar menunggu kabar ke siapa empat partai tersisa akan melabuhkan dukungannya.
Kian ketat perebutannya di antara riuh rendah klaim masing-masing kubu.
Orientasi parpol tentu kemenangan. Jelas calon yang dipilih adalah yang jauh lebih berpotensi menang –menurut mereka. Primus inter pares.
Jumat nanti tentu akan jadi hal mendebarkan lagi bagi Fachrori juga Safrial. PDIP, partai tempat Safrial berpolitik, akan mengumumkan siapa yang layak menunggang banteng. Ratu Munawaroh diembuskan yang bakal melenggang enteng dengan banteng. Maka tatkala restu Megawati ditujukan bukan kepada Safrial, kiranya ini jadi seperti penggalan lirik lagu. Nyalakan tanda bahaya!
Bila iya PDIP memilih bakal calon bukan kader, maka duet Fachrori-Safrial menjadi begitu klop dalam nasib. Bertambah daftar kesamaan mereka. Tapi, semoga itu bukan akhir segalanya. Selamat berebut partai. (*)
Tulisan merupakan pendapat pribadi.