SAYA termasuk orang yang mengambil hikmah ketika Covid 19 menyerang bumi ini. Tak ada yang bisa dilakukan orang ketika tak ada senjata dan tak bisa melawan selain pasrah. Maka sebaik-baik pasrah adalah mengambil hikmah atas segala sesuatu yang terjadi. Berharap ada yang terbaik di balik ini semua.
Lalu di media sosial facebook saya menuliskan begini,
“Pelajaran Covid 19
Covid 19 ini memang mendorong manusia hingga ke rumah, diam tak berkutik.
Akhirnya alam pelan-pelan berestorasi
Lihatlah jangankan asap pabrik yang membumbung tinggi, asap knalpot saja tak lagi mengepul, aktivitas pertambangan, kebakaran hutan dan lahan terhenti.
Dan alam semakin sejuk dan berembun.
Demikianlah Covid 19 mengajarkan kita, alam sudah marah dan mengamuk hingga menyerang manusia yang katanya khalifah fil ardh, tapi semena-mena pada alam.
Hingga Covid 19 ini berlalu, jangan lagi ulangi kesalahan itu. Kembalilah pada alam yang melindungi kehidupan manusia”
Status ini ditulis saat awal-awal covid 19 mulai meningkat di bulan April tahun 2020. Saat itu memang sedang terpengaruh pemberitaan di media online yang menyebutkan banyak pabrik-pabrik terhenti sehingga cuaca bersih nyaris tanpa polusi asap.hingga ada yang posting foto cuaca Jakarta yang amat bersih sehingga tampak gunung.
Terang saja status ini mendapat banyak apresiasi dan komentar netizen.
Tapi kenapa makin ke sini, persoalan covid 19 ini tak membuat mereka jera untuk merusak lingkungan. Padahal sudah jelas terlihat dampak ketika tidak ada aktifitas pabrik maka cuaca yang bersih dan segar.
Kondisi cuaca
Puncak Musim Kemarau di sebagian besar daerah zona musim diprediksi akan terjadi di bulan Agustus 2020. Dalam menghadapi musim kemarau 2020, BMKG menghimbau para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk tetap mewaspadai wilayah-wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal
Selain itu disebutkan Puncak Musim Kemarau 2020 diprediksi terjadi pada bulan Agustus 2020.
Para pemangku-kepentingan dan masyarakat diharapkan untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih.
Ini merupakan peringatan awal dari BMKG tentang kondisi cuaca saat ini. Bahwa kewaspadaan wajib dilakukan, diantaranya dengan melakukan pencegahan dini soal potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Potensi karhutla
Mengutip data yang disampaikan Walhi Jambi potensi karhutla tahun 2019 akan semakin para jika dibandingkan pada tahun 2020 hal ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya,
Tidak ada pelibatan masyarakat oleh 15 perusahaan yang dipantau WALHI Jambi dalam proses revitalisasi, Penentuan lokasi dan pembangunan inprastruktur restorasi gambut diluar izin yang dikordinir oleh Badan Restorasi Gambut, sangat minim pelibatan masyarakat dan ditemukan pembangunan inpratsruktur pembasahan masuk kedalam konsesi perusahaan
Ditemukan sistem/infrastruktur hidrologis perusahaan yang tidak baik sehingga cenderung terjadi monopoli air. Sarana dan prasarana pengendalian kerusakan lingkungan dan karhutla yang dimiliki oleh perusahaan tidak ditemukan sesuai dengan ketentuan yang ada di regulasi. Ditemukan ada 7 dari 15 perusahaan yang dipantau masih berkonflik lahan dan 1 perusahaan yang melakukan monopoli air,
Karhutla tahun 2015, ada 2 perusahaan yang diputuskan bersalah oleh pengadilan. Di tahun 2019, 2 perusahaan tersebut kembali mengalami kebakaran.
Karhutla tahu 2019, dari 15 perusahaan yang dipantau, terdapat 9 perusahaan terbakar, dan hanya 3 perusahaan yang diproses hukum.
Kesiapan Pilkada 2020
Di Jambi akan ada 6 Pilkada yang akan dilaksanakan secara serentak, yakni Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Batanghari, Sungaipenuh, Bungo dan Pemilu Gubernur Jambi.
Paling tidak masing-masing konstentan hanya diberi waktu 4 bulan (efektif new normal) untuk berkompetisi pada Pilkada yang digelar serentak itu. Belum lagi aktifitas new normal yang tentu saja akan mengurangi aktifitas kampanye calon kepala daerah. Sudah dipastikan tidak akan ada kampanye yang mengundang banyak orang.
Lalu bagaimana dengan kesiapan dari KPU untuk menggelar ajang lima tahunan ini. Pasti akan berbeda persiapan yang dilakukan daripada masa-masa sebelum covid 19.
Lembaga Perludem menyebutkan pilkada yang digelar dimasa covid 19 akan berjalan tidak efektif. Perludem malah menyarankan agar pilkada ditunda hingga tahun 2021 hingga kondisi lebih baik dari saat ini.
Namun KPU, DPRRI dan Kemendagri tetap menyepakati Pilkada tetap dilaksanakan pada tahun 2020 ini.
Akhirnya, manusia juga yang memutuskan, dengan segala keego-an yang dimiliki, seolah tak ada yang bisa menghalangi. Berbekal nafsu, segala sesuatu bisa saja ditumbur dan bahkan dihancurkan. Tak tau apa yang akan terjadi kemudian.
Kita lihat saja.