“Dadi wong yo mbok seng solutif” petikan dalam salah satu scane film pendek berjudul tilik yang viral beberapa waktu lalu di sosial media. Artinya adalah “jadi orang harus yang solutif, atau memberi solusi”.
Pilgub Jambi dilakukan saat pandemi sedang menyelimuti masyarakat. Bahkan jurang resesi ekonomi menganga di depan mata, mungkin tiga bulan kedepan ada pengumumannya.
lalu, apa yang bisa diharapkan dari proses demokrasi kali ini, prosesi pemilihan calon gubernur jambi ?
Pemimpin yang terpilih di pilgub Jambi adalah yang terpilih di masa krisis. maka ia akan hadir sebagai pemenang dalam perang ditengah krisis. artinya, kualitasnya secara teori, harusnya akan lebih baik dibanding menang saat pemilu tanpa krisis.
Pemenang di tengah krisis adalah mereka yang bisa berperang di tengah krisis, ditengah banyaknya konflik sosial dimasyarakat.
lalu, bagaimana bisa menang dalam perang ditengah krisis ? tentu mereka yang memahami strateginya.
Beberapa hambatan pilkada ditengah kriris adalah sulitnya koordinasi dan mengkoordinir massa. Protokol Covid membatasi pertemuan pertemuan yang bertujuan mengkonsolidasi masa. Artinya tidak ada celah pamer kekuatan massa lewat kampanye akbar.
Masyarakat tidak bisa menilai, mana yang massanya kuat dan mana yang massanya lemah.
Lalu, dari mana masyarakat bisa melihat kekuatan jumlah pendukung ? apalagi teritorial Jambi yang luas dan terpisah pisah titik kumpul massanya.
Mungkin bisa dilihat dari reach dan enggagement di sosial media. bagaimana jangkauan isu dan keterlibatan atau penerimaan masyarakat pada isu isu yang dilontarkan para kandidat.
Tentu ini bisa dihitung, tapi sulit juga menjadi tolak ukur. karena tidak semua masyarakat terakses oleh sosial media, terutama kalangan tua dan masyarakatbyang belum terjangkau sinyal ponsel.
Kekuatan wacana menjadi salah satu kunci agar sampai ke masyarakat. jika wacana menarik dan viral, bisa jadi diterima, namun jika wacananya biasa saja, masyarakat tidak akan menggubrisnya.
yang kedua adalah pengaruh finansial, perang ditengah krisis terbukti membutuhkan finansial yang lebih banyak. lihat saja bagaimana memperebutkan perahu partai, perang harga tampaknya sudah jadi rahasia umum untuk dapatkan kursi.
Apalagi saat pemilihan, masyarakat yang sedang kesulitan ekonomi akibat krisis akan lebih pragmatis. siapa yang bayar akan dipilih. Hal ini karena keterpaksaan ekonomi, Pilgub ditengah resesi.
Kandidat yang kantong cekak, jangan harap bisa menang. apalagi yang suka memberi harapan-harapan palsu.
Masyarakat sedang sakit ekonominya, yang jualan bualan akan ditinggalkan.(Wawan Novianto / Dosen IAIN Kerinci/Founder Cakrawala Konsultan)