Keberadaan geng motor sangat meresahkan, sebagian pelakunya adalah remaja tanggung. Apa sebab mereka nekat dan tega melukaimu korbannya?
***
MENDENGAR cerita Willy (bukan nama sebenarnya) seorang mantan kepala komplotan geng motor -yang mendapat julukan Jenderal- merasa jadi serba salah dengan kondisi saat ini. Willy ikut geng motor memang terjebak.
Sosok Willy sama dengan sosok remaja tanggung usia belasan yang duduk kelas tiga menengah pertama biasanya. Bertubuh kurus, berambut ikal, bajunya lusuh dan badannya juga tak terlalu tinggi. Kulitnya sawo matang, giginya patah satu bagian depan.
Tiba di rumahnya, Willy menyambut dengan senyuman khasnya. Lantas, kami duduk di depan rumahnya yang terletak di kawasan Broni Kota Jambi.
Melihat rumah Willy sangat sepi, padahal padat penduduk. Bentuk rumahnya sederhana dan warna cetnya yang luntur, membuktikan rumah ini jarang diurus.
Remaja yang hanya tinggal bersama ibu itu mulai bercerita setelah sebelumnya menyuguhkan segelas kopi.
” Aku dak lagi mau nakal nakal kayak itu bang, saro (sengsara) ” Katanya yang mengenakan kaos blong warna biru dan jeans lusuh.
Dia menceritakan baru beberapa bulan yang lalu mendapatkan pembinaan dari polisi. Itu adalah untuk kesekian kalinya dia ditangkap polisi akibat ulahnya sebagai geng motor.
” Aku dibina dan dijemput samo mamak, besok ngulang lagi, ditangkap terus dilepas lagi, begitu seterusnya, ” Kata Willy
Awal mula dirinya bergabung dengan geng motor ketika dia duduk di kelas 2 SMP, meski kelas 1 SMP pernah bergaul tapi belum diajak. Namun saat kelas 2 SMP baru diajak nongkrong di satu tempat.
Di sana dirinya melihat ada gerombolan teman-teman sekolahnya sudah berkumpul, jumlahnya belasan. Mereka saling ledek dan ejek.
” Mereka minuman keras dan di sekitar mereka ada senjata tajam seperti parang, celurit dan samurai, ngeri nian aku nengoknya, ” Cerita Willy.
Lalu ada seseorang remaja yang saat itu kelas 3 SMP, sama dengan kelasnya saat ini. Remaja bermata merah itu menyerahkan parang dan menyuruhnya untuk membeli beberapa bungkus rokok dan minuman. Tapi, Willy menyebutkan tidak punya uang, tapi dia tetap memaksa dan meminta teman lain untuk menemani ku.
” Sampai di satu tempat, kawan aku yang bawa parang itu langsung memukul belakang pengendara motor di depan, merak terjatuh dan dia mengambil hapenya untuk di jual, ” Kisah Willy.
Dengan kecepatan tinggi , temanku lalu berlari dan segera menjual hape untuk dibelikan rokok dan minuman keras.
Dari waktu sore mereka berangkat, sampai ke tempat kumpul jam 2 malam lalu mereka mabuk-mabukan lagi.
” Setelah itu, aku terus cari uang dengan cara begitu, hingga banyak korban dan beberapa kali ditangkap, tapi aku dipanggil jenderal, barangkali karena kehebatan ku yang biso cari duit tiap hari untuk mereka, ” Katanya panjang.
Kondisi Keluarga
Willy hidup bersama ibunya dan tak pernah tau siapa ayahnya. Dia hanya tau sekolah dan makan saja, selebihnya tak ada. Ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga, kalau pulang kadang malam.
” Dulu pernah tinggal di lokalisasi pelacuran, itu waktu aku SD, lalu pindah di perumahan, lalu pindah lagi ke sini, ” Katanya.
Ibunya tak pernah melarang Willy untuk bergaul dan nongkrong di mana saja, pulang subuh pun tidak ditanya, menurutnya yang penting pulang.
Willy menceritakan saat dia dijemput dari binaan polisi, ibunya tak pernah memarahinya, cuma kasih tau harus berhati-hati.
Jika melihat kondisi ini, barangkali yang jadi masalah adalah ekonomi, ternyata tidak juga, ada juga anak orang kaya yang juga ikut gabung dan melakukan kejahatan yang sama.
” Anak mantan pejabat banyak gabung, dan samo be gawenyo, ” Katanya.
Modus Operasi
Sebelum operasi mereka berkumpul di satu tempat, lalu setelah banyak yang kumpul, lalu mereka minum minuman keras dan bermain kartu.
Lalu mereka pergi segerombolan ada 10 atau belasan motor untuk menuju jalan. Mereka tak pernah menargetkan siapa yang akan dicegat atau dirampok, ketika ada kesempatan, sepi apalagi seorang wanita maka akan langsung disikat.
Makin berat orang yang “disikat” makin disegani, banyak komplotan geng akan menghormati dia, apalagi kalau sampai ditangkap dan dilepaskan, mereka akan naik pangkat langsung.
Makanya Willy disebut jenderal karena beberapa kali ditangkap dan beberapa kali berhasil melakukan operasi.
Berhenti Jadi Geng Motor.
Akhirnya Willy menyebutkan berhenti karena sudah capek, dan dia sudah sangat disegani.
” Kalau aku berhenti sekarang dak do yang berani ngejek aku, karena orang tu tau aku macam mano hebatnya, ” Katanya.
Saat ditangkap pun sudah sering disiksa dan menjadi bully bagi oknum kepolisian.
” Jadi bulan kemarin, pas aku balik ke rumah ada surat dari ibu. Katanya mau pergi lama dengan lelaki, nanti dia akan kirimkan uang bulanan untuk aku, ” Katanya.
Selepas Willy bercerita begitu, air matanya berlinang, matanya berkaca-kaca. Tampak betul penyesalan dalam dirinya.
” Makonyo aku berhenti lah jadi anak baik be, mana tau orang macam aku jadi orang, ” Tutupnya.