Oleh Wawan Novianto (Dosen IAIN Kerinci)
Saat saya SMA, seorang guru membacakan buku Chiken Soup di depan kelas, dan berkisah tentang karyawan yang terjebak dalam ruang pendingin. Ia akhirnya mati, malam saat ia terjebak. Padahal, pada malam itu, ruang pendingin tidak difungsikan. Namun karena karyawan tersebut terlanjut berfikir negatif, maka fikirannya membawa ia pada kematian.
Berfikir adalah aktivitas psikis yang internasional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan. Dengan demikian bahwa dalam berpikir itu seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi (Soemanto, 1998).
Lalu, berfikir positif, adalah berfikir dengan premis yang positif terhadap setiap masalah.
Aksi demonstrasi mahasiswa membuat rakyat indonesia terhenyak, politisi pun tak mampu membaca dengan pasti fenomena ini.
Bahkan cebong saling serang opini, lalu dipihak kampret timbul saling curiga antara mereka.
Underbow penguasa menyerang penguasa, malah yang mengaku oposisi berlagak bodoh, dan tak ikut mendorong aksi mahasiswa. Padahal, biasanya yang namanya oposisi, akan mendukung setiap gerakan yang menyerang pemerintah.
Ini fenomena yang unik.
Disinilah kita perlu berfikir positif, nyatanya apa yang ada di benak kita tidak semua benar. Setelah Pilres, ada hipotesis kekuatan politik terbelah, ada opisisi dan ada penguasa. Oposisi digawangi PKS dan alumni 212 ditambah Gerindra, lalu penguasa digawangi partai pendukung Jokowi dan underbow nya. Nyatanya hipotesis itu salah, dan fenomena gerakan mahasiswa ini menjadi hal yang aneh. Jika ada yang mau dituduh mendalangi, siapa yang mendalanginya juga tidak jelas.
Nyatanya Rakyat Indonesia tidak melulu dipisahkan oleh diksi Cebong dan Kampret. Saya rasa, mulai saat ini, diksi Cebong dan Kampret akan hilang.
Semua pudar, yang tersisa saat ini yang pro perubahan undang-undang, dan yang kontra.
Presiden dan partai partai parlemen berada di satu sisi, dan mahasiswa serta gerakan rakyat di sisi lainnya.
Sekarang, tinggal bagaimana penguasa mengambil hikmah dan kebijakan. Bahwa ada fakta dimana cebong dan kampret mudah saja dihapuskan oleh satu isu.
Mungkin nanti, jika ada isu lain, peta ini akan berubah lagi. Maka tirulah Gandhi. Saat Gandhi menoleh kenan, 500 juta rakyat India menoleh kekanan, saat Gandhi menoleh kekiri, 500 juta rakyat India menoleh kekiri. Gandhi dengan integritasnya mampu menjadi pemimpin semua rakyat India.