Oleh Andika Arnoldy
Politisi sudah mewabah di ranah digital. Menjadikan digital sebagai medan bertarung adalah keputusan yang tepat, sehingga akan langsung mecing dengan kenyataan. Ibarat jualan maka digital adalah etalase dan kenyataan adalah perwujudan nyata atas apa yang dijual.
Kenapa politisi memilih ranah digital adalah keputusan yang tepat. Setiap politisi ingin semuanya terukur, mempunyai riset, mempunyai evaluasi dan mempunyai plan serta goal yang jelas. Dari ranah digital juga bisa ditemukan apa yang diinginkan masyarakat pada umumnya sehingga bisa dijual dan dibeli.
Itu kuncinya bisa dijual dan dibeli. Kita berjualan image dan karya di dalam ranah digital, lalu masyarakat akan membeli lalu melabeli atas apa yang kita jual tersebut. Paling penting adalah apa yang dijual itu menjadi relate bagi masyarakat pada umumnya.
Maka perlu lah Persona, bahasa marketing biasanya disebut branding. Apa Persona yang ingin dibangun, apa merek yang mau dijual sehingga memunculkan simpati sebagai goal.
Untuk membangun Persona belajar lah dari akun twitter Gibran Rakamubing. Dalam akun twitternya misalnya dia seolah menjadi 911 kalau dalam telepon gawat darurat, menjadi tim cepat tanggal dalam sebuah persoalan.
Beberapa poin yang bisa dipelajari akun dengan foto profil bergambar teletubbies berwajah Gibran tersebut.
1. Akun gibran_tweet selalu menanggapi apapun yang menyebut akunnya. Mulai dari pengaduan persoalan Kota Solo di mana dia adalah walikota, sehingga celaan dan pujian.
Untuk persoalan celaan misalnya dia langsung menanggapi dengan santai dan dingin, dengan kata-kata minta maaf dengan kata ” Y maaf” atau “aku meneh yang disalahin” Lalu jika ada yang memuji dia langsung berbalas ” Maaf cuma pencitraan”
Untuk masalah yang menjelekkan dan sifatnya mengejek dia tak lantas marah dan emosi. Dia hanya membalas dengan meme yang kocak.
Namun pernah dia geram karena ada yang menghina ibunya. Namun Gibran malah memaafkan dan tidak akan melaporkan hal ini kepolisian.
2. Adanya feedback dua arah. Gibran seolah tak pernah memilih siapa yang akan dibalasnya dalam twitter, hampir semua ditanggapi apalagi terkait dengan Kota Solo. Baru-baru ini akun menjelekkan Jokowi, lalu pemilik akun tersebut lalu dipecat, karena dianggap tidak etis bermedia sosial. Gibran malah minta pemilik akun yang dipecat untuk menghubungi nya via DM.
3. Bisa menjadi trending topic
Gibran tak pernah ketinggalan informasi yang relate dari berbagai kalangan sehingga apa yang diposting menjadi trending topic. Misalnya lagi trending lato-lato, diapun langsung menanggapi dan berkomentar tentang mainan anak-anak itu. Lalu persoalan PSSI yang sedang hangat mencari ketua. Dia juga menanggapi dan berkomentar sehingga langsung trending topic.
Nah jika ingin menjadi politisi yang peka digital barangkali bisa belajar ke Gibran ini. Tidak terkesan ekslusif tapi merakyat dan orang akan merasakan langsung manfaat yang diterima.