Kalau di Kota, Mereka bisa bekerja di rumah dengan memanfaatkan jaringan internet. Tapi di Dusun III Trans III Suku Anak Dalam Sipintun, Harus ke Bukit Sinyal yang berjarak 3 Km dari pemukiman warga, untuk mendapatkan Signal.
—
PEMERINTAH menetapkan selama Pandemic Covid 19 diberlakukan, maka semua kegiatan luar di batasi. Termasuk bekerja, sekolah atau berkumpul. Pemerintah menerapkan bekerja dari rumah (Work From Home), begitu juga sekolah yang dilakukan jarak jauh atau online. Cara ini dilakukan untuk meminimalisir penularan Pandemic Covid 19.
Namun bagaimanakah dengan warga dusun yang tinggal di tengah hutan konsesi perusahaan. Jangankan bicara signal yang sulit diraih, listrik saja belum tentu merata? Tapi bekerja dan belajar harus tetap dikerjakan. Ini adalah tuntutan sebenarnya.
Berkesempatan mengunjunginya, kami menggunakan mobil offroad bersama KITO Offroad saat penyerahan bantuan pada masyarakat terdampak Covid 19 di pedalaman SAD. (Jumat 17/4)
Setidaknya perjalanan ini akan menghabiskan waktu 2 hari satu malam. Melewati Jalur utama penghubung, Seko Besar, Taman Bandung, Tran 2 dan Tran3 SAD Desa Sepintun. Jalan ini juga merupakan jalan menuju perusahaan Samhutani.
Perjalanan di kawasan ini selain terdapat Hutan Tanaman Industri, juga ada daerah pertambangan.
Jika melewati jalan ini maka akan terlihat kebun akasia, sengon dan perkebunan sawit. Sementara areal pertambangan juga dapat terlihat.
Agak kewalahan untuk menembus pemukiman, Wir tempat dia tinggal di Dusun III Trans III Suku Anak Dalam Sipintun. Karena harus menggunakan kendaraan double gardan untuk mobil dan motor jenis trail.
Tim swaranesia.com mencoba untuk menelusuri aktivitas Khairul Hasanah (Wir) yang merupakan guru yang juga tenaga tata usaha SDN 213 Sipintun II Kabupaten Sarolangun.
“ Biso numpang dak, anak kami nak ngajar online,” ujar pak Majdi ayah Wir, warga Dusun III Trans III Suku Anak Dalam Sipintun.
Pak Majdi adalah petani kebun karet, sama dengan istrinya yang bekerja di kebun karet. Setiap malam, pak Majdi selalu membawa kabel listrik dan penambah daya telepon seluler ke rumah warga yang hidup listriknya dengan menggunakan genset.
Malam itu kami menginap di rumah Marhoni yang merupakan Dusun III Trans III Suku Anak Dalam Sipintun.
Perrmintaan Pak Majdi itu tak bisa ditolak, kebetulan kami juga akan melewati lokasi tersebut.
“ Biso,” Kata kami, usai memberikan bantuan warga terdampak Covid 19 yang kebetulan berada di daerahnya.

Lantas saja Wir dengan mengenakan almamater kuning. Jilbab dan celana jeans, serta tas yang berisi laptop, naik ke kendaraan. Wir tak sendirian dia bersama temannya.
Dalam perjalanan, kami mengobrol.
Wir menceritakan perjalanan dari rumahnya ke daerah yang terjangkau Signal, yang kemudian warga disebut Bukit Sinyal (dataran tinggi) sejauh 2 hingga 3 kilometer dengan menggunakan kendaraan motor atau mobil. Selain jarak yang jauh, perjalanan naik turun, juga melewati banyak tikungan.
“ Sejak pemerintah meliburkan siswa kami jadi bekerja di bukit online ini, jadi pergi pagi pulang jam 3 sore,” ujarnya.

Wir yang juga mahasiswi semester II Universitas Terbuka Sarolangun ini mengatakan, dirinya harus terbiasa dengan cara ini untuk menuntaskan semua pekerjaannya. Nah kalau pulang, lanjut Wir, minta jemput dengan telepon atau berjalan kaki
“ Dulu saya guru kelas, sekarang saya tenaga tata usaha, jadi banyak yang harus dikerjakan melalui online,” katanya
Dia menceritakan, untuk para siswa dan siswi sekolah, mereka tidak menerapkan sekolah online, karena jaringan yang tidak terjangkau di daerah mereka. Jadi biasanya guru-guru yang mengantarkan tugas-tugas itu pada siswa di rumah masing-masing.
“ Jadi guru yang mengantarkan buku pelajaran ke siswa untuk dikerjakan di rumah, setiap bab buku pelajaran selesai,” katanya.(Andika Arnoldy)