Monday, July 7, 2025

Apakah Humor Harus Menyinggung.

Oleh Andika Arnoldy (*)

Humor adalah komunikasi yang diciptakan untuk melakukan pendekatan persuasif terhadap seseorang. Humor juga dapat menjadi terapi terhadap diri yang dilanda kesepian. Maka humor jelas sudah menjadi bagian dalam kehidupan agar dapat mewarnai tingkah dan polah agar tidak kaku.

Humor sebagai kritik sudah lama terasa efektif untuk melakukan sebuah perubahan. Orang yang dikritik melalui humor seharusnya tidak tersinggung, marah atau menimbulkan somasi. Karena hal itu hanya sebatas humor yang boleh dijadikan pedoman atau lewat saja. Karena sifat humor adalah hiburan bukan mengajari apalagi menggiring seseorang hingga melakukan sesuatu.

Namun tak sedikit humor yang dilakukan malah menimbulkan ketersinggungan hingga menyebabkan boikot dan cancel. Seperti kisah pelawak Jojon di era Orde Baru pemerintahan Presiden Soeharto, yang menyebutkan uang limapuluh ribu bergambar Soeharto malah disebut gambar monyet yang juga ada pada uang pecahan lima ratusan pada masa itu.

Hal yang sama juga pernah dirasakan Komedian Komeng yang dicancel oleh kaum perempuan. Saat itu Komeng dituduh merendahkan perempuan karena lawakannya yang mengatakan dia mau menemani anaknya ke kamar kecil daripada orang lain yang mengintip lebih baik dia (ayahnya) yang mengintip.

Selain itu komika Coki Pardede dan Tretan Muslim juga sempat trending di media sosial twitter akibat materi komedi yang membuat babi kurma. Seantero warga lalu menghujat, menggugat atas komedi yang dianggap menyinggung umat Islam kala itu.

Ada banyak lagi komedi-komedi yang bersifat kritik yang kerap dilontarkan Bintang Emon, terkesan keras namun dikemas dalam humor, tapi pernah dianggap menyinggung pemerintah.

Menariknya dari Bintang Emon ini, sangking seringnya mengkritik melalui humor, muncul meme yang dibuat orang lain bergambar fotonya dan narkoba dan memuji enaknya narkoba.

Namun demikian, komedi tak selamanya lucu dan membuat orang tertawa, tapi diharapkan mampu membuat orang berfikir dan bertindak luwes dari apa yang dicerna.

Beberapa komedian malah menjadikan komedi semacam tantangan tersendiri hingga tak jarang menembus tembok nilai sosial karena telah melewati candaan umum atau kerap disebut puncak komedi.

Puncak komedi inilah yang sebenarnya yang ingin diraih setiap komedian. Karena jika ada yang tersinggung atas lawakan maka komunikasi yang dilakukan disebut efektif.
Seperti yang disebut oleh Komika Coki Pardede jika ada yang tersinggung dari setiap komedi maka itu yang diharapkan. Biar bagaimanapun komedi tetaplah komedi dan orang-orang terhibur karenanya.

Setiap komedi sebenarnya punya nilai sosial, dengan demikian diharapkan komedi juga dapat menjadi jembatan hubungan antar sesama. Selain itu komedi juga makna yang sangat dalam, sehingga orang yang tadinya ingin tertawa malah termenung atas sebuah komedi.

Beberapa waktu lalu dikala suasana Idul Fitri tahun 2023, Komika Dzawin mengunggah foto dirinya dengan mobil merek nissan sembari membuat postingan “Udah 7 tahun lebaran tanpa ditemani ayah. Semoga ayah tenang di sana ya, ” Katanya.

Hal itu sepintas lalu adalah komedi, karena dia berfoto di depan mobil merek nissan, namun nisan sebenarnya juga bisa dimaknai pusara makam.

Menjadi lucu karena ada nama yang sama, namun menjadi sedih karena itu bagian dari keresahan dia untuk mengenang ayahnya.
Lain Dzawin lain pula Radityadika, dengan materi stand up dengan tema sosial dan hubungan pacaran yang selalu dibawakan. Meski terdengar lucu namun itu ternyata keresahan dirinya yang lama menjomblo, sehingga terkesan benci dengan kisah orang pacaran.

Namun kini Radityadika sudah berkeluarga, keresahan berubah menjadi kisah keluarga yang kini dijalankan.

Banyak lagi komedi yang mengangkat keresahan sebagai materi komedinya, Komika Pras Teguh yang mengangkat tema ibu dalam sebuah stand up comedy juga benar-benar lucu.

Pras mengangkat dirinya pernah terpergok merokok dan matsurbasi oleh ibunya. Namun demikian dia juga mengatakan orang yang paling akrab dalam hidupnya adalah ibunya.
Nah sampai di sini kita paham, apakah komedi harus menyinggung, menurut hemat penulis maka humor harus menyinggung karena itu bagian dari cara untuk mendapatkan perhatian hingga mendekatkan dirinya karena itu

ternyata bagian dari pengalaman komedian.
Nah apakah komedi selalu lucu? Sebenarnya tak harus lucu, sebaliknya komedi adalah cerminan diri, membagikan cerita dan kisah dirinya sendiri yang sangat banyak bumbu humor berdasarkan keresahan yang mereka lakukan.

Seperti yang pernah diucapkan Radityadika bahwa komedi itu harus memiliki keresahan sehingga diharapkan juga bisa dirasakan orang lain dan orang lain ternyata punya pengalaman yang sama.

Selera Humor Bergeser.
Awalnya kita patut salut dengan hadirnya komedi tunggal atau stand up comedy. Keberadaan stand up comedy memberi warna baru terhadap dunia perkomedian. Gelak tawa berbungkus hiburan masuk dalam aliran tubuh seseorang sehingga mereka menyaksikan stand up comedy lupa diri.

Menariknya dari stand up comedy ini, melalui punchline berhasil membuat orang tertawa terbahak-bahak, padahal komedi yang disampaikan adalah pengalaman yang juga pernah dirasakan penonton.

Menjadi stand up comedy terbilang sulit, karena setiap komika ( panggilan untuk pemain stand up comedy) harus mempersiapkan premis hingga punchline, selain itu harus menjadikan dirinya sebagai korban dalam lawakan, apa boleh buat tak ada objek karena memang komedi tunggal. Belum lagi unsur-unsur penulisan, agar materi komedi yang dibawakan tidak terkesan belibet dan orang sulit menyerapnya.

Banyak teori-teori stand up comedy, mulai dari roasting, absurd hingga komedi hitam (dark comedy) yang menggiring penonton untuk tersinggung tapi malah tertawa.

Keberhasilan stand up comedy di Indonesia patut di acungi jempol, karena berhasil membuat festival komedi di televisi hingga berjilid-jilid, belum lagi yang tayang di sosial media dan youtube. Rata-rata komika menjadi langganan dalam setiap channel youtube. Serta tour stand up comedy yang gelar secara offline.

Belakangan open mic dari sebagian komika tidak lagi mempunyai humor yang menarik atau memang selera humor yang semakin bergeser.

Kenapa sebagian komika sangat nyaman dengan kata-kata jorok. Malah ada yang terang-terangan mengatakan kalimat kebencian terhadap sesuatu. Itu malah membuat komedi semakin tak berwibawa, karena komedi yang diberikan tidak berisi, karena mengandalkan kata-kata jorok dan sebagainya sebagai kuju dalam open mic.

Lalu yang membuat mereka lucu, hanya tertawa lepas dari penonton di televisi yang ternyata bukan tertawa asli karena tertawa rekaman untuk memancing tawa.

Apalagi kalimat-kalimat rendahan yang disampaikan dalam setiap komedi. Untuk hal yang ini ustadz penceramah kampung jauh lebih lucu ketimbang para komika di setiap channel, hanya beda nasib saja.

Para komedian yang tak lucu itu sebaiknya menyingkir saja, karena sebagai senjata komedian jika berhasil membuat orang tersinggung dan marah adalah yaa namanya juga komedi, atau berarti selera komedi lu rendah!

(*) Tinggal di Jambi

Bagikan berita

Berita Terkait

Komentar

Popular post

Official Account