SWARANESIA.COM, Jakarta – Harga batu bara ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Penguatan harga komoditas ini masih belum dibarengi dengan perbaikan signifikan dari sisi fundamental.
Kemarin Selasa (3/11/2019), harga batu bara kontrak futures ICE Newcastle ditutup menguat 0,65% ke US$ 69,7/ton.
Sebelumnya harga batu bara mengawali tren koreksinya pada Jumat 22 November 2019. Pada periode 21 November – 2 Desember 2019, harga batu bara terkoreksi sebesar 2,87% secara point to point.
Saat ini total persediaan batu bara di pelabuhan utama China masih menumpuk. Total persediaan di pelabuhan Caofeidian, Qinhuangdao dan Jingtang di China bagian utara hingga periode 29 November mencapai 17,31 juta ton.
Jumlah tersebut lebih banyak dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 16,93 juta ton. Mengutip data Refinitiv.
China memang menerapkan pemangkasan impor batu bara pada kuartal IV tahun ini dengan alasan jumlah impor sudah melebihi target yang ditetapkan.
Sementara itu, impor batu bara India pada November juga turun menjadi 16 juta ton dari periode yang sama sebelumnya yang mencapai 17 juta ton. Persediaan batu bara di seluruh wilayah India tercatat mencapai 26 juta ton untuk 15 hari penggunaan.
Hingga saat ini, komoditas batu bara masih belum dapat suntikan tenaga sehingga harganya cenderung berkutat di kisaran US$ 66 -US$ 72 per ton sejak awal kuartal IV tahun ini. Baru-baru ini Fitch Rating merevisi turun perkiraan harga batu bara tahun 2020.
Untuk batu bara Qinghuangdao dengan kalori sebesar 5.500 kcal/kg diperkirakan berada di US$ 80/ton. Sementara itu untuk batu bara Newcastle Australia dengan kalori 6.000 kcal/kg diprediksi menyentuh harga US$ 73/ton. Harga batu bara diprediksi turun dari sebelumnya masing-masing US$ 86/ton dan US$ 73/ton.